Khilafah Islamiyah adalah kekuasaan Islam yang membentang dari Andalusia di Spanyol, sepanjang Afrika Utara, Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Kecil, Eropa Timur dan Yunani hingga perbatasan timur negri China. Sebagian wilayah tersebut dahulunya dikuasai pihak kafir, seperti Turki dibawah kekuatan Barat (Kristen) dan Persia yang dibawah kekuatan Timur (Majusi). Kejayaaan ini berlangsung secara bertahap mulai abad ke 7 pada era Khulafaul Rashidin yang empat (Abu Bakar ra, Umar Bin Khattab ra, Ustman Bin Affan ra dan Ali Bin abu Thalib ra)hingga awal abad ke 20. Kejayaan tersebut juga kemudian hancur secara bertahap hingga akhirnya lenyap sama sekali pada tahun 1923 ketika berada dibawah kekuasaan khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Konstatinopel (sekarang Istambul) di Turki. Namun tidak berarti selama masa kejayaan yang amat panjang tersebut sama sekali tidak terjadi gangguan yang serius.
Pada tahun 637 M, 15 tahun setelah wafatnya Rasulullah saw, pasukan Islam mengepung kota Yerusalem. Setelah 4 bulan dikepung, akhirnya kota ini menyerah dengan syarat hanya khalifah Umar bin Khatab yang datang sendiri untuk menerima kunci kota suci tersebut. Kota ini jatuh ke tangan Islam tanpa peperangan sedikitpun. Bahkan perjanjian yang dibuat antara Umar dan mantan pemimpin Kristen Yerusalem memberikan kebebasan penganut Nasrani maupun Yahudi untuk menjalankan ajaran agamanya masing-masing dengan syarat mereka membayar jiziyah sebagaimana seorang Muslim wajib mengeluarkan zakat.
Namun 350 tahun kemudian, dipicu kesalah-fahaman antar penduduk Yerusalem, Paus Urban yang berkedudukan di Perancis selatan menyeru umat Kristen agar mereka merebut Yerusalem dari tangan pasukan Muslim. Maka pada tahun 1099 pasukan yang kemudian dikenal dengan nama Pasukan Salib tersebut berhasil menguasai kota setelah berperang selama 3 hari dengan membantai lebih dari 30.000 penduduknya, termasuk perempuan dan anak-anak Muslim yang berlindung di dalam masjid Al-Aqsa. Mereka juga membunuhi kaum Yahudi dan Nasrani yang bermukim disekitar kota tua tersebut dan juga kaum Yahudi yang hidup di perkampungan sepanjang perjalanan mereka dari Perancis menuju Yerusalem secara kejam.
Kemudian pada tahun 1187, dibawah kekuasaan Sultan Salahuddin, pasukan Muslim kembali berhasil menguasai Yerusalem. Dan sebagaimana pendudukan Yerusalem oleh pasukan Muslim pada kali pertama, kali inipun tidak terjadi pembantaian. Bahkan para penguasa yang ditaklukkan tersebut selain diampuni juga diberi keleluasaan untuk meninggalkan kota dengan membawa seluruh harta bendanya. Peristiwa ini pada tahun 2005 pernah diabadikan dengan sangat baik dalam film “The Kingdom of a Heaven” yang disutradarai oleh Sir Ridley Scott dan dibintangi aktor kenamaan Orlando Bloom. Peperangan yang kemudian dikenal dengan nama “Perang Salib” ini terus terjadi hingga beberapa kali selama hampir 200 tahun namun pihak Salib tidak pernah berhasil menguasai kembali Yerusalem.
Merekapun akhirnya menyadari bahwa pasukan Muslim tidak akan pernah dapat dikalahkan melalui perang terbuka. Perang di jalan Allah untuk mempertahankan kebenaran bagi umat Islam adalah jihad, imbalan bagi mereka adalah surga, kemenangan yang hakiki adalah di akhirat. Oleh sebab itulah mereka tidak mengenal kata takut mati. Sebaliknya pihak Kristen, mereka mendambakan kemenangan dunia. Kematian adalah kekalahan dan amat menakutkan. Jadi mereka mengambil kesimpulan bahwa untuk mengalahkan umat Islam harus dicari cara lain, bukan dengan perang senjata secara terbuka. Tipu daya apakah yang sebenarnya mereka rencanakan itu?
“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma`afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(QS.Al-Baqarah(2):109)
Dan mereka memang ternyata berhasil. Sayangnya, umat Islam tidak menyadarinya. Apa yang sebenarnya mereka lakukan?
Yerusalem dibawah kekuasaan khilafah Islamiyah sejak abad 7 memang tidak pernah tertutup bagi umat agama lain. Mereka bebas mengunjungi kota suci bagi 3 agama besar didunia ini. Namun ia tidak hanya menarik karena sejarah ritualnya namun juga karena kota ini pada waktu itu telah berkembang menjadi kota intelektual. Ilmu berkembang pesat disini. Orang-orang Kristen datang tidak hanya sekedar untuk melakukan ibadah dan kunjungan keagamaan melainkan juga untuk mempelajari ilmu lain seperti ilmu hukum termasuk juga belajar tentang Islam dan Al-Quran.
Namun sebenarnya tujuan para Orientalis ini adalah untuk mencari celah agar dapat menyerang akidah Islam secara diam-diam. Dari sini mereka kemudian menyusun dan melemparkan berbagai pemikiran dan ideologi yang sifatnya sangat keduniawian. Pemikiran dan ideologi yang tidak saja tidak menomor satukan dan mengutamakan Sang Khalik namun malah melecehkan-Nya. Pada intinya, berbagai pemikiran tersebut bertujuan untuk melepaskan keterikatan dan kedekatan Muslim dari ajaran dan Tuhannya. Dengan kelihaiannya mereka dengan sengaja mengaduk-aduk dan memutar balikkan arti sebuah kebenaran.
Feminisme , demokrasi, sekulerisasi (pemisahan agama dari Negara), sukuisme, nasionalisme, kapitalisme dan materialisme adalah beberapa contoh pemikiran yang berlebihan berdasarkan kacamata Islam. Beberapa diantara pemikiran tersebut sebenarnya masih bisa diterima. Namun karena tidak dibangun diatas dasar pemikiran bahwa kebenaran hukum Allah adalah di atas segalanya maka pemikiran-pemikiran tersebut menjadi menyimpang dari akidah Islam. Inilah sebenarnya yang mereka tuju. Pemikiran yang dikemas dengan baik namun dengan dasar menyesatkan, yaitu menjauhkan umat dari Al-Qur’anul Karim.
Demokrasi dalam Islam adalah pilihan terakhir setelah tidak tercapai musyawarah. Prinsip Demokrasi sebenarnya setali tiga uang dengan ” siapa kuat dia menang, yang banyak dia yang menang”. Dengan demikian jelas, ini adalah hukum rimba.
Dengan alasan kebebasan dan hak berpendapat, pemikiran-pemikiran tersebut berusaha menyalahkan ajaran Islam. Dengan alasan ini pula pemerintah Perancis mengeluarkan larangan resmi pemakaian jilbab bagi perempuan yang bekerja di instansi pemerintah, termasuk pula murid sekolah negri. Begitupun di Australia belakangan ini, perempuan berjilbab bakal dilarang mengemudikan kendaraan.
Lebih jauh lagi, mereka juga sengaja melemparkan fitnah yang keji baik terhadap nabi Muhammad SAW maupun terhadap ajaran itu sendiri. Denmark adalah salah satu negara yang dikenal sering sekali melecehkan ajaran Islam melalui karikatur Rasulullah. Diantaranya yang sangat menyakitkan adalah karikatur Rasulullah dengan bom diatas serban beliau ataupun dengan gambar kepala babi. Dan dengan dalih kebebasan berekspresi pula saat ini salah satu partai di negara tersebut menggunakan gambar Rasulullah sebagai lambang partai mereka! Padahal mereka tahu bahwa hal tersebut sangat menyakitkan hati umat Islam karena Islam memang melarang penggambaran/ilustrasi Rasulullah dalam bentuk apapun.
Mereka juga menuduh bahwa Islam adalah agama pedang, Islam disebarkan dengan cara paksa dan kekerasan. Hal tersebut disengaja untuk menyakiti dan memancing emosi umat Islam. Dari sinilah mereka mencoba menaklukkan Islam sebagai ganti kekalahan mereka pada perang-perang yang terjadi sebelumnya. Mereka mencoba mengusik rasa kesatuan, keimanan dan kebanggaan umat Islam terhadap agamanya dengan berbagai cara dengan maksud dan harapan akan menghilanglah rasa persatuan Islam. Inilah yang kelak disebut Perang Pemikiran atau Al-Ghazw Al-Fikri.
Dengan dalih demi kemajuan, kebebasan dan modernisasi, penyerbuan peradaban ini masuk secara sistematis, perlahan namun pasti sehingga umat pada umumnya tidak menyadarinya. Hal ini menyusup melalui media cetak dan elektronik, slogan-slogan pendidikan dan hiburan yang jauh dari ajaran Islam. Umat terus dicekoki dengan pemikiran, nilai dan norma Barat yang cenderung bebas dan materialistis sebagaimana halnya dengan ekonomi kapitalis yang samasekali tidak Islami hingga akhirnya umat melupakan seluruh nilai-nilai dan sendi-sendi Islam.
“…….. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”(QS.Al-Baqarah(2):120).
Seakan belum puas dengan semua ini, terakhir dimunculkan sebuah serangan psikologi mutakhir yang sangat dasyat yaitu serangan 11 September 2001 dengan mengatas namakan Islam. Maka jadilah isu Terorisme dan Extrimisme. Umat dipojokkan seakan ajaran Islam identik dengan kekerasan. Jihad mereka artikan identik dengan kekerasan dan harus dienyahkan. Mereka terus mencekoki umat bahwa jihad sama dengan tidak menghargai nyawa manusia yang juga berarti melanggar hak asasi manusia sebagai simbol peradaban modern.
Padahal HAM atau Hak Azazi Manusia yang selama di gembar-gemborkan tidak mereka jalankan dengan adil. Karena mereka ini sesungguhnya menggunakan standard ganda dalam menerapkan hak-hak manusia. Hak azazi menurut kaca mata mereka adalah hak azazi yang berlaku bagi mereka yang mau tunduk dan patuh terhadap aturan dan hukum yang mereka adakan demi kepentingan pribadi mereka atau kepentingan partai serta kelompoknya sendiri. Jadi bukan hak manusia secara umum apalagi manusia yang taat terhadap Dia, Yang Memiliki Jiwa dan memberi kehidupan.
Cara tersebut ternyata terbukti ampuh. Karena risih dan sungkan akhirnya sebagian besar pemimpin Islam pun mengumumkan bahwa karena Islam adalah agama perdamaian maka sedikit demi sedikit istilah jihadpun dihapuskan dan dipinggirkan. Kaum Musliminpun akhirnya menjadi lupa akan sumpah setia mereka kepada Sang Pencipta, Allah SWT untuk menegakkan ajaran Tauhid, untuk menegakkan kebenaran. Pasukan Muslimin telah dengan sukarela melepaskan kekuatan jihad yang sangat ditakuti musuh. Inilah yang ditunggu dan diharapkan! Padahal mereka tetap mempersiapkan diri untuk berperang.
Bagi umat yang kurang keimanannya hal ini dapat menyebabkan mereka menjadi benci dan malu terhadap agama mereka sendiri dan mereka menjadi tidak percaya diri yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kemurtadan. Ini adalah akibat sampingan namun fatal.
Selain itu tampak bahwa negara-negara Islam juga dihambat kemajuannya agar mereka tetap terus dalam kemiskinan dan terus bergantung bantuan kepada Barat hingga akhirnya mereka jatuh dan takluk pada kepada kemauan Barat. Amerika Serikat adalah negara besar yang sering membanggakan diri sebagai sebuah negara yang mengedepankan keadilan, kedamaian dan keamanan. Namun sesungguhnya justru negara inilah yang menjadi penyulut peperangan di berbagai tempat, seperti di Irak, Afganistan dan Palestina. Hal ini terlihat nyata dengan bungkamnya negara tersebut atas tindakan sekutu dekatnya, Israel yang jelas-jelas merebut tanah Palestina dari penduduknya. Negara ini tengah melempar batu sembunyi tangan. Negara-negara Muslim tersebut adalah korban sebuah adu domba yang disaksikan sang sutradara, Amerika Serikat, sebuah negara produsen senjata terbesar di dunia yang pasti merasa paling diuntungkan dengan terus terjadinya peperangan.
Namun sesungguhnya serangan yang bertubi-tubi tersebut bila dihadapi umat Islam secara kompak dan bersatu tentu mereka tidak akan mampu melumpuhkan dan mengalahkan umat ini. Bila saja umat memiliki sikap, keteguhan dan keimanan sebagaimana para sahabat di masa lampau tentu kita akan mampu menghadapi serangan pemikiran dan ideologi mereka.
” Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” .(QS.At-Taubah(9):100).
Leave a Reply