Sambil mengibaskan butiran-butiran salju yang menempel di sarung tangan, Haskov menuruni escalator di suatu stasiun metro/kereta bawah tanah Moskow. Dinginnya udara rupanya tidak membuat orang malas ke luar rumah. Antrian panjang penumpang terlihat mengular.
Sebelum masuk ke antrian Haskov sempat melihat 3 orang berwajah Asia, 2 laki-laki 1 perempuan, memperhatikan peta yang ada di tangan mereka sambil celingukan. Haskov melirik jam tangannya, ia sedang tidak terburu-buru. Ia sering melihat pemandangan seperti itu, orang asing kebingungan di stasiun metro. Maklum alphabet Rusia, Sirilik, memang tidak mudah dipahami dalam waktu singkat.
“Excuse-me, do you need any help?”, sapanya.
“ Indonesia, Malaysia?”, lanjutnya lagi ramah sambil memperhatikan wajah ke 3 orang tersebut..
“ Indonesia”, sahut ketiganya serempak dengan nada sedikit keheranan.
“ Aku Haskov, senang berkenalan dengan anda”, Haskov memperkenalkan diri dengan kalimat terbata-bata sambil mengulurkan tangannya.
“ Aku suka rawon, cwimie dan rujak cingur”, lanjutnya sambil tersenyum simpul membuat ketiga muda mudi tersebut tambah terheran-heran.
“Waaah senang sekali bertemu orang bisa berbahasa Indonesia di tempat ini. Aku Rafi”, sahut salah seorang pemuda tersebut tanpa bisa menyembunyikan wajah sumringahnya.
“ Aku Farhan dan ini adikku Sitta”, sahut seorang lagi sambil memperkenalkan adik perempuannya.
Sittapun segera mengulurkan tangannya disambut Haskov setelah menyalami Rafi dan Farhan secara bergantian. Ketiganya segera menanyakan bagaimana pemuda Rusia itu bisa berbahasa Indonesia. Dalam bahasa campuran Indonesia dan Inggris Haskovpun segera menceritakannya. Rupanya ia pernah mengikuti program pertukaran pelajar di UIN Malang, selama 3 bulan.
“ Waktu itu aku masih mahasiswa di Universitas Islam Rusia”, Haskov mengawali ceritanya.
“ Oh ada ya universitas Islam di Rusia? Kamu Muslim”, celetuk Sitta seolah tak percaya pendengarannya.
“ Iya Alhamdulillah. Universitas Islam Rusia adanya di Kazan. Salah satu negara bagian Rusia. Kalian pernah dengar?”, tanya Haskov.
Ketiganya menggeleng. Tapi tiba-tiba Rafi yang hobby nonton bola berseru “ Kazan kalau g salah menjadi salah satu kota penyelenggara olimpiade Rusia 2018 kan ya?”.
“ Betul sekalii … Kazan adalah ibu kota propinsi Tatarsan. Terletak 825 km arah timur Moskow. Kazan adalah kota besar di Rusia dimana Muslim banyak tinggal. Kota ini merupakan pusat industri, perdagangan dan budaya Tatar yang telah berusia seribu tahun lebih. Kapan-kapan kalian harus mengunjunginya”, lanjut pemuda tersebut semangat.
Rafi, Farhan dan Sitta mengangguk-angguk. Tak kalah semangat mereka menanggapi cerita kenalan baru mereka. Bergantian mereka menceritakan mengapa mereka ada di Moskow.
“ Aku datang kesini untuk mengunjungi adikku Sitta yang baru saja ditrima di uiversitas Moskow. Aku ajak Rafi yang kebetulan ingin mengunjungi Rusia. Kami berdua sama-sama kuliah di Belanda”, ucap Farhan.
“ Universitas Islam Roterdam?” tebak Hadnov dengan mata berbinar.
“ Oh bukan, Erasmus University. Aku di fakultas ekonomi Rafi di fakultas hukum.”, jelas Farhan.
“Memang ada ya universitas islam di Roterdam?”, lanjut Farhan dengan nada keheranan.
“Ada. Waktu itu ada mahasiswanya yang dikirim ke UIR untuk program pertukaran pelajar”, jawab Haskov.
Selanjutnya setelah cukup berbincang lama Haskov menerangkan cara membaca peta metro Moskow yang cukup rumit itu.
“ Tujuan kalian kemana? Sayang hari ini ada yang harus kukerjakan. Kalau tidak aku bisa menemani kalian, kalau kalian tidak keberatan tentunya”, ucap Haskov.
“ KBRI Indonesia. Sitta harus melapor kedatangan. G pa-pa Haskov ini juga sudah sangat membantu”, balas Farhan.
“ Btw kalau ke Red Square naik metro bisa g ya?”, tanya Rafi.
“ Bisa sekaliii … mau aku temani besok?”, Haskov balik bertanya.
“ Boleh banget”, serempak Rafi, Farhan dan Sitta menjawab penuh semangat.
“ Oke … deal. Jam 10 pagi disini bisa?”, tanya Haskov lagi.
“ Oyaa … jangan lupa nikmati stasiun metro … stasiun metro Moskow menjadi salah satu tujuan turis … silahkan lihat sendiri lukisan-lukisan yang menghiasi dinding dan langit-langitnya, patung-patungnya juga detil profil dan lampu-lampunya. Orang bilang tak kalah dengan museum art “, ucap Haskov.
Tak lama setelah bertukar no hp merekapun berpisah.
“ Selamat menikmati Moskow. Be careful … Jangan lupa hubungi aku”, ucap Haskov sambil bergegas meninggalkan ketiganya.
**********
Haskov adalah seorang Muslim Rusia Afganistan. Ibunya seorang suku Pashtun yang merupakan mayoritas penduduk Afganistan. Zafira, begitu nama ibu Haskov, bersama seorang adik dan kedua orangtuanya tinggal di Moskow. Ayah Zafira mendapat tugas di negri tersebut untuk beberapa tahun. Ketika itu rezim penguasa Afganistan beraliran komunis. Begitu juga Rusia yang ketika masih bernama Uni Sovyet. Jadi wajar hubungan keduanya terjalin mesra.
Hingga pecahlah perang Afganistan – Rusia pada tahun 1979. Sejak itu mereka tidak pernah bisa kembali ke negara mereka tercinta. Paska perang mereka pernah mencoba kembali ke Afganistan. Ayah Zafira masih ingin mencari pekerjaan di negaranya yang hancur lebur akibat perang yang berlangsung selama 10 tahun itu. Perang yang sejatinya adalah perang antara rezim penguasa komunis yang didukung Rusia melawan para mujahidin yang tidak menginginkan rezim komunis tersebut terus berkuasa. Perang ini menelan korban yang sangat banyak termasuk anggota keluarga besar orang-tua Zafira.
Sayangnya Barat yang tampaknya membantu para mujahidin sebenarnya mempunyai kepentingan lain. Jangan lupa Afganistan mempunyai kekayaan alam yang berlimpah. Maka tak heran ketika akhirnya mujahidin berhasil mengusir Rusia dari bumi mereka dan menyelenggarakan pemilu dengan jujur dan adil, Barat malah ramai-ramai menyerang Afganistan.
Karena suasana yang tidak nyaman inilah akhirnya ayah Zafira memutuskan kembali ke Rusia. Akan tetapi bukan d Moskow melainkan Kazan yang memiliki penduduk Muslim cukup banyak. Akan halnya Zafira, ia memilih kuliah di Moskow yang sejak lama diminati muda-mudi Afganistan yang merasa terkekang oleh syariah Islam di negaranya. Mereka memilih budaya bebas ala Barat seperti memamerkan aurat, perzinaan dll sebagai gaya hidup mereka. Disanalah kemudian ia bertemu dengan seorang mahasiswa asli Rusia dan saling jatuh cinta. Kedua-orang tua Zafira sebenarnya tidak menyetujui hubungan tersebut karena Dimitri bukan seorang Muslim.
“ Haram hukumnya menikah dengan non Muslim, Fira. Ayah tidak akan pernah merestuinya”, ucap ayah tegas.
Namun karena Zafira bersikeras ibunya akhirnya luluh. Merekapun menikah meski tanpa restu ayahnya. Dari pernikahan tersebut kemudian lahirlah Haskov pada tahun 1998 sebagai anak kedua. Tapi hal tersebut tidak lantas membuat hubungan Zafira dan kedua orang-tuanya membaik. Kakek-nenek Haskov baru sekali mengunjungi anak-cucunya di Moskow. Sementara Zafira juga tidak mau mengalah mengunjungi kedua orang-tuanya di Kazan. Namun demikian ketika liburan sekolah tiba sementara ia dan suaminya sibuk bekerja mereka menitipkan Haskov dan kakaknya ke rumah orang-tuanya. Itu sebabnya hubungan Haskov dan kakaknya dengan kakek neneknya cukup dekat. Merekalah yang memperkenalkan Islam karena Zafira tidak lagi memperhatikan ajarannya.
Namun demikian Haskof baru benar-benar menjalankan ajaran Islam seperti shalat, puasa dan lain-lain setelah usia 15 tahun. Itupun setelah ia sering googling mencari tentang kebenaran Islam. Berita-berita miring tentang Afganistan seperti burqa, jihad dll justru membuatnya makin penasaran.
Setelah lulus sekolah menengah atas Haskovpun akhirnya memutuskan untuk melanjutkan ilmu di Universitas Islam Rusia (UIR) yang terletak di Kazan. Pada tahun pertama ia memilih tinggal di asrama kampus agar dapat lebih merasakan suasana Islami bersama teman-teman barunya. Tapi untuk melega hati kakek neneknya yang sudah tua, tahun berikutnya hingga selesai kuliah 3 tahun kemudian ia memutuskan untuk tinggal di rumah mereka.
Lulus dari UIR Haskov langsung mendaftarkan diri program beasiswa S2 di Universitas Islam Al-Azhar Kairo. Sambil menunggu pengumuman ia mengisi waktunya dengan bekerja di perpustakaan sebuah universitas swasta di Moskow. Dengan begitu ia dapat menyalurkan hobbynya membaca. Ia juga berharap dengan kembali ke rumah dapat memperkenalkan Islam kepada ayahnya, sekaligus ibunya agar kembali ke pangkuan Islam.
***************
“ Assalamualaykum brothers sister, how are you today. G kedinginan?”, berondong Haskov begitu melihat Farhan, Rafi dan Sitta mendekat. Suhu saat itu 3 derajat Celsius … bbbrrr …
Sesuai janjinya hari ini Haskov menemani ketiganya untuk mengunjungi Kremlin Red Square yang merupakan ikon Rusia. Kremlin sebenarnya adalah istilah Rusia untuk benteng dimana di dalamnya berdiri kompleks gedung pemerintahan. Itu sebabnya Kremlin tidak hanya ada di Moskow namun juga di kota-kota besar Rusia lain. Namun orang terbiasa merujuk Kremlin sebagai pusat pemerintahan Rusia yang ada di Moskow. Kremlin yang dibangun pada abad ke 15 ini mempunyai 20 menara.
Sejak zaman para tsar/raja Rusia berkuasa hingga saat ini Kremlin juga digunakan sebagai tempat tinggal resmi tsar dan orang no 1 negara. Kremlin ini berada di dalam pelataran luas yang namanya Red Square. Ia merupakan pusat pemerintahan sekaligus pusat spiritual dan hiburan rakyat Rusia. Setiap awal tahun pelataran ini menjadi panggung utama acara Tahun Baru lengkap dengan pesta kembang apinya. Menjadi daya tarik tersendiri bagi turis lokal maupun mancanegara untuk berdatangan.
Di kompleks yang sangat luas ini berdiri beberapa istana dengan fungsinya yang berbeda-beda, gereja, museum, taman dll. Mausoleum atau makam Lenin bapak komunis Rusia yang meninggal pada tahun 1924 juga ada di tempat ini. Belakangan sebuah mall megah yang merupakan mall terbesar di Moskow melengkapi kemeriahan Red Square.
“ Waah luas sekali yaa kompleksnya”, ucap Rafi begitu memasuki pelataran raksasa tersebut.
“ Pelataran ini sering dipakai konser musik yaa? Sering lihat gedung itu di foto-foto tapi g nyangka kalau ternyata ada di dalam kompleks ini. Gedung apa sih itu sebetulnya? “, tanya Sitta penasaran. ”, tanya Sitta sambil menunjuk sebuah bangunan unik warna-warni yang ada di depannya.
“ Rasanya pernah baca berita Opick main di sini deh. Kalau g salah di perayaan Iedul Adha tahun 2012”, tanya Farhan ragu.
“ Perayaan Iedul Adha di Moskow? Bisa emang?, timpal Sitta keheranan.
“ Oh iyaa betul. Perayaan Iedul Adha atas prakasa mufti besar Rusia pernah diadakan disini. Tapi bukan di pelataran terbuka ini melainkan di dalam gedung pertunjukkan “The State Kremlin Palace”. Tempat yang sangat bergengsi. Tujuannya untuk memperkenalkan Islam kepada rakyat Rusia. Permainan sinar laser dengan foto-foto orang sedang shalat, Kabah, ayat-ayat Al-Quran dll menjadi latar belakang panggung. Benar-benar spektakuler. Sekitar 5000 penonton memenuhi gedung tersebut”, jelas Haskov dengan mata berbinar.
“ Sejak kejatuhan rezim komunis Uni Sovyet pada tahun 1991 Rusia sangat terbuka pada umat agama lain. Rumah-rumah ibadah umat Kristen, Islam maupun Yahudi yang pada tahun 1937 ditutup secara paksa kembali dibuka”, lanjut Haskov.
“ Kembali ke pertanyaan Sitta. Itu gereja, namanya St. Basil’s Cathedral. Dibangun pada tahun 1552 atas perintah Ivan The Terrible, tsar pertama Rusia. sebagai lambang kemenangan atas kerajaan Islam Kazan. Pernah dengar nama kaisar ini?”, Haskov balik bertanya.
“ Pernah .. tapi g tahu kenapa dibilang terrible alias mengerikan”, jawab Sitta lagi.
“ Ivan The Terrible sebelum diangkat menjadi tsar atau kaisar pertama Rusia hanyalah penguasa Moskow yang mempunyai kewajiban membayar jiziyah kepada kerajaan Islam Kazan. Kerajaan Islam yang didirikan pada tahun 1438 ini termasyhur dengan reputasinya sebagai penunggang kuda yang luar biasa. Mereka juga dikenal sebagai pandai besi yang mencetak besi berkualitas tinggi diantaranya adalah koin perak dengan tulisan Arab”.
“Menjelang tahun 1550- an ketika kerajaan Islam tersebut melemah Ivan mengerahkan pasukannya untuk menyerang kerajaan tersebut hingga terjadilah perang yang berakhir dengan kekalahan Kazan. Kekalahan ini menandakan runtuhnya dominasi Islam sejak abad 9. Dan sejak itu pula Kazan menjadi bagian dari Rusia hingga saat ini”.
“Dan untuk merayakan kemenangannya itu sang kaisar memerintahkan seorang arsitek Kazan untuk membangun sebuah katedral di Moskow, dengan model seperti masjid-masjid di Kazan”, jelas Haskov.
“ Oh pantesan mirip banget masjid”, celetuk Farhan.
“ Hanya karena itu lalu ia diberi gelar the Terrible?”, tanya Rafi heran.
“ Belum selesai ceritanyaa … begitu gereja selesai dibangun supaya si arsitek tidak bisa lagi membangun bangunan serupa ia memerintahkan algojo untuk mencongkel matanya!!”, lanjut Haskov.
“ Haaah … serius??”, seru Sitta, Farhan dan Rafi nyaris bersamaan.
Haskov mengangguk sambil jari telunjuknya menunjukkan ke suatu tempat “ Masih soal Kazan. Lihat gereja itu. Itu adalah kathedral Our Lady of Kazan. Dibangun pada tahun 1625 pada masa kerajaan dimana Kristen Ortodoks menjadi agama resmi kerajaan. Namun ditutup seperti juga rumah ibadah agama lain sejak rezim komunis berkuasa pra kejatuhan kerajaan yang diawali revolusi Rusia 1917. Baru dibuka kembali setelah direnovasi antara 1990 – 1993”, ucapnya.
“ Pertanyaannya, mengapa gereja tersebut dinamakan Our Lady of Kazan?? Apakah ada hubungannya dengan kisah seorang putri raja Kazan yang ditawan Ivan The Terrible paska penaklukkan kerajaan Kazan?? Yang pasti di kota Kazan ada sebuah menara yang diberi nama sang putri yaitu Soyembika. Ada 2 versi cerita mengenai putri Kazan ini. Paska penaklukan ia diasingkan ke penjara Moskow bersama putranya yang masih belia, hingga wafatnya 3 tahun kemudian di usianya yang ke 38 tahun”.
“Yang kedua, tergiur oleh kecantikannya, Ivan sang penakluk yang kejam itu melamarnya. Soyembika menerima lamaran tersebut namun dengan syarat, yaitu membangun menara masjid berlantai 7 dalam waktu 7 hari. Ironisnya, begitu menara selesai tepat pada waktunya, dengan alasan ingin melihat kota untuk terakhir kalinya dari atas menara, sang putri calon mempelai malah melompat menjatuhkan diri hingga tewas”.
“Waah menarik yaa ternyata sejarah Kazan. Sayang tidak banyak orang tahu. Jadi pingin kesana niih ”, ucap Sitta dengan berbinar.
“ Betul sekali. Kota yang didirikan pada tahun 1005 ini adalah saksi bisu sejarah yang sangat panjang. Selama ratusan tahun ia menjadi ibu kota kerajaan Islam yang secara bergantian menguasai sebagian besar wilayah Kaukasus yang sekarang menjadi wilayah Rusia”.
Kerajaan Islam yang tercatat pernah menguasai wilayah tersebut diantaranya adalah Kerajaan Bulgaria Volga yang didirikan Batu Khan pada tahun 1236-1255. Kemudian Kipchak Khanat dibawah Berke Khan, salah satu putra Jengis Khan kaisar Mongol yang dikenal bengis. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya dibawah kaisar Ozbeg Khan yang memerintah dari tahun 1313 hingga 1341. Kekuasaannya meliputi sebagian wilayah Asia Tengah, sebagian besar wilayah Eropa Timur; dari pegunungan Ural, pesisir barat sungai Danube hingga jauh ke pedalaman Siberia, termasuk Moskow. Di sisi selatan kekuasaannya hingga ke tepi laut Hitam, pegunungan Kaukasus hingga perbatasan dinasti Mongol.
Ozbeg dikenal sangat toleran. Paus John XXI pernah mengiriminya surat tanda terima-kasih atas sikap sang kaisar yang mengizinkan kaum Nasrani beribadah di gereja dan melindungi mereka. Kebijakan pemungutan jizyah terhadap kaum dzimmipun diberlakukan dengan baik. Kaum dzimmi adalah para ahli kitab yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani yang tinggal di Negara Muslim.
Hubungan Moskow dengan kesultanan Islam Abbasiyah yang berpusat di Baghdad telah terjalin baik sejak tahun 922. Mereka saling bertukar duta besar. Bahkan seorang sultan Abbasiyah sempat mengajak Vladimir I penguasa Kiev untuk memeluk Islam tapi ditolak karena ia lebih memilih alkohol yang dilarang dalam Islam.
“Sempatkan berkunjung ke Kazan sebelum kembali ke Indonesia. Kunjung Kremlin Kazan dimana berdiri masjid biru Qul Syarif yang cantik. Dengan senang hati akan kutemani jika kalian berkenan. Kalian bisa menginap di rumah kakek nenekku”, ucap Haskov sambil tersenyum.
“Setujuuu “, jawab ketiganya serempak.
Mereka terus berjalan menikmati keindahan bangunan-bangunan di pelataran tersebut sambil berbincang dan berfoto tentu saja.
“ Dingiin euy bikin lapaaaar, istirahat makan dulu yuuk, nanti lanjut lagi. G bayar inilah masuknya”, usul Farhan sambil menaikkan jaketnya hingga ke muka untuk menahan dinginnya udara.
“ Boleh kalau mau makan dulu. Kebetulan g jauh dari sini ada restoran Halal cukup enak dan tidak terlalu mahal”, jawab Haskov.
Sitta dan Rafi yang juga ternyata merasakan hal yang sama tanpa banyak bicara segera mengikuti langkah pemuda Rusia tersebut keluar pelataran Red Square. Tak jauh dari tangga menuju metro Haskov berbelok ke kiri dan langsung masuk ke sebuah kafe Turki bernama Zam Zam.
Merekapun langsung duduk dan memesan makanan. Tak lama kemudian mereka sudah asik menikmati pesanan masing-masing. Selesai makan mereka masuk kembali ke Red Square.
“ Sebelum berkeliling bagaimana kalau kita shalat dulu. Di ujung taman sebelah sana ada tempat agak terlindung dan sepi. Kita bisa berjamaah kalau mau ”, ajak Haskov.
Maka jadilah Haskov berdua Farhan shalat. Sementara Sitta yang sedang berhalangan dan Rafi yang memang bukan Muslim berjalan-jalan menikmati taman yang luas tersebut.
Usai shalat mereka berbincang-bincang. Haskov mengajak Farhan untuk suatu Jumat nanti shalat di masjid terbesar di Moskow yaitu Moskow Katedral Mosque. Awalnya masjid yang dibangun pada 1904 ini hanya masjid kecil yang didominasi Muslim Tartar. Baru pada tahun 2015 masjid tersebut direnovasi dan diperbesar menjadi 6 lantai dengan kapasitas 10 ribu jamaah, menjadikannya masjid terbesar di Rusia bahkan mungkin di Eropa. Lokasinya sangat strategis yaitu di pusat kota bersebelahan dengan stadiun olimpiade dan sangat dekat dengan stasiun metro. Sering disebut masjid Prospect Mira sesuai nama jalan dan stasiun metro dimana masjid berada.
“Perhatian pemerintah Rusia terhadap Muslim belakangan ini patut diacungin jempol. Pada peresmian masjid tersebut hadir presiden Vladimir Putin mendampingi mufti besar Rusia. Hadir juga presiden Turki Tayyip Erdogan dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas”, cerita Haskov.
“ Selain itu Moskow juga mempunyai beberapa masjid lain yang cukup besar dan indah. Demikian juga di sejumlah kota besar negara bagian Rusia. Contohnya di Grosny ibukota Chechnya. Masjid Prophet Mohammed namanya, atau juga sering disebut masjid Ramzan Kadyrov sesuai nama presidennya yang dikenal sangat alim. Masjid ini menampung 70 ribu jamaah. Juga di Dagestan. Sebuah proyek besar yang diberi nama Pusat Spritual Nabi Isa Alaihi Salam sedang dibangun. Di dalam proyek yang berlokasi di tepi laut Kaspia ini selain masjid juga akan dibangun sebuah universitas Islam, pusat pembinaan dan rehabilitasi, madrasah penghafal Alquran, serta wahana wisata pantai”, lanjutnya.
“Putin juga sering mengutip ayat-ayat Al-Quran dalam acara kenegaraan meski ia bukan Muslim. Tapi adzan memang tetap tidak diperbolehkan hingga ke luar masjid tapi tidak masalah. Kami masih bisa memakluminya. Tugas kita sebagai Muslim Rusia yang utama adalah memperkenalkan Islam. Tunjukkan Islam bukan sekedar agama yang santun, bersih, disiplin dan toleran tapi juga tegas bersih dari kesyirikan. Ini untuk melawan Islamophobia akut yang sedang menyerang dunia saat ini. Itu pesan salah satu dosen UIR pada acara wisuda yag selalu kuingat”, lanjut Haskov.
“ Ohiya aku dengar berita miring di Indonesia mentri agamanya menyamakan adzan sama berisiknya dengan gonggongan anjing, benarkah?”, tiba-tiba ia bertanya mengagetkan Farhan.yang sedang asyik mendengarkan ceritanya.
“ Oh sampai juga di sini ya beritanya? Miris bukan?”, ujar Farhan kesal.
“ Aneh juga yaa … Indonesia kan mayoritas Muslim masak panggilan shalat disamakan dengan gonggongan anjing. Kalau kejadiannya disini mungkin masih bisa dimaklumi”, ucap Haskov prihatin.
Tak lama Sitta dan Rafi mendekat dan mengajak keduanya melanjutkan petualangan menjelajahi Red Square. Tak cukup 1 hari untuk menikmati objek wisata nomor 1 Moskow tersebut sekalipun sejak pagi hari. Apalagi di musim dingin dimana matahari lebih cepat terbenam.
“ Jika tertarik sejarah kalian bisa masuk ke museum di depan kalian itu, namanya Museum Sejarah Negara. Museum tersebut adalah salah satu museum terpenting di kota ini. Mungkin bisa disetarakan Musee du Louvre di Paris Perancis. Koleksinya diperkirakan mencapai 4,3 juta barang”, Haskov berkata sambil menunjuk sebuah bangunan megah di depan mereka.
“ Kapan-kapan aja kali yaa .. hari ini kita lihat-lihat dari luar dulu”, usul Rafi.
Hingga menjelang malam mereka berada di tempat yang nyaris tak pernah sepi dari turis lokal maupun mancanegara itu tidak peduli dingin yang menggigit.
********************.
Dua tahun berlalu. Farhan dan Rafi telah menyelesaikan kuliah mereka tepat waktu. Rafi langsung kembali ke tanah air dan sedang menanti panggilan pekerjaan. Farhan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu S2 ekonomi syariah di universitas Durham Inggris. Sitta di tahun ke 3 universitas Moskow. Sementara Haskov sedang menyelesaikan tugas akhirnya di fakultas ushul fiqih universitas Al-Azhar Kairo.
“ Haskov, melalui dirimu Rafi mendapat hidayah. Beberapa hari lalu ia mengabarkan bahwa ia telah bersyahadat. Menurutnya persahabatan kita selama 2 tahun ini telah membuka hatinya. Ia sangat berterima-kasih padamu yang secara tak langsung telah mengenalkan Islam padanya. Aku jadi malu sendiri bertahun-tahun berteman dengannya tapi tidak mampu memberinya kesan yang baik tentang Islam. Sementara kamu seorang minoritas di negri bekas komununis bisa konsisten menjalankan Islam”, tulis Farhan melalui email yang ditujukan kepada Haskov.
“ Masya Allah Allahu Akbar … Hidayah milik Allah, diberikanNya kepada yang Ia kehendaki … sungguh senang mendengarnya … kabar baik juga datang dari ibuku … Kemarin ia bersyahadat di masjid katedral Moskow … Alhmdulillah … sayang ayahku masih belum tergerak .. menurutnya wine terlalu nikmat untuk ditinggalkan .. hayyaa … persis pernyataan Vladimir I dari Kiev, tsar Rusia yang pernah diajak masuk Islam oleh seorang sultan Abbasiyah”, jawab Haskov.
“ Alhamdulillah … selamat untuk ibumu, semoga istiqomah. Sampaikan salam hormatku. Mengenai ayahmu, semangat Haskov, jangan pernah putus asa. Tahukah kau, Sitta mau mengenakan jilbab aku yakin juga tidak terlepas dari peranmu. Ia sangat mengagumimu. Aku titip sekembalimu ke Moskow ya … Trimakasih sebelumnya … Jazakallah”, balas Farhan lagi mengakhiri email-nya.
***************
Jakarta, 28 Februari 2022.
Vin AM.