Prilaku perempuan sejak dahulu kala, diakui maupun tidak diakui, secara fitrah hampir selalu memberi pengaruh yang tidak sedikit terhadap prilaku lelaki. Pengaruh ini bisa pengaruh positif bisa juga pengaruh negatif. Ironisnya, hanya lelaki yang memiliki keimanan ekstra tinggi saja yang mampu terhindar dari pengaruh negatif perempuan. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa berada dalam lindungan Allah swt. Contohnya adalah nabi Nuh as dan nabi Luth as. Prilaku kedua istri nabi ini sangat buruk sehingga Allah swt mengazab keduanya dengan azab yang amat pedih. Ada pula kisah Zulaikha, seorang istri pejabat Negara yang tidak tahan terhadap ketampanan nabi Yusuf as dan kemudian menggodanya. Sebaliknya prilaku baik seorang perempuan tidak akan mampu mempengaruhi tindak tanduk lelaki tidak beriman yang keras kepala. Contohnya adalah Asiya, istri Fir’aun.
Allah swt mengabadikan kisah mereka melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an agar menjadi peringatan bagi kaum perempuan untuk selalu berhati-hati dan memperhatikan prilaku dan tindak tanduk mereka. Perempuan adalah sumber fitnah terbesar bagi lelaki. Karena pada umumnya lelaki sekuat dan seperkasa apapun cenderung selalu ingin menyenangkan dan menuruti kemauan istri/kaum perempuan walaupun seringkali keinginan tersebut tidak sesuai dengan syariah.
Rasulullah bersabda : ”Aku tidak meninggalkan fitnah yang paling berbahaya bagi kaum lelaki kecuali fitnah yang datang dari perempuan”.
Itu sebabnya mengapa mendidik anak perempuan dengan baik dapat menyelamatkan seseorang dari api neraka.
”Barangsiapa yang merawat atau membesarkan kedua anak perempuannya maka aku dan dia masuk surga secara bersama-sama, seraya nabi memberi isyarat seperti dua jari tangannya” (HR Muslim).
Dalam tulisan ini, penulis membagi keteladanan perempuan atas 3 kelompok. Yang pertama yaitu kelompok perempuan yang hidup di masa Rasulullah dan generasi para sahabat. Berikutnya kelompok perempuan masa kini dan terakhir kelompok perempuan yang hidup dalam lingkungan kekuasaan/kerajaan.
I. Perempuan generasi Rasulullah dan para sabahat.
Ada banyak perempuan tangguh dari kalangan sahabat yang patut dijadikan suri teladan. Mereka hidup pada zaman dimana Islam baru mulai tumbuh. Pada masa itu kaum Muslimin sedang mengalami tekanan, siksaan dan permusuhan yang begitu hebat dari kaum musryikin Mekah, kaum Yahudi Yathrib dan para kafirin. Dimana-mana terjadi peperangan. Mereka ini bahkan harus mengalami permusuhan, dijauhi serta dibuang dari keluarga yang dicintainya.
1. Khadijah binti Khuwailid ra, Ummul Mukminin.
Ia adalah seorang perempuan dari kalangan elite Quraisy yang dikenal sebagai sosok yang dermawan, jujur dan luhur budi pekertinya. Oleh karenanya ia dijuluki Ath-Thahirah (perempuan suci). Ia adalah seorang perempuan yang cerdas yang menguasai ilmu perniagaan dengan sangat baik. Ia adalah seorang saudagar perempuan sukses yang sangat dihormati dan amat dikenal. Ketertarikannya kepada Muhammad muda bermula ketika ia mendengar berita bahwa Muhammad adalah seorang yang jujur dan tidak suka menghamburkan waktunya sebagaimana umumnya pemuda-pemuda Quraisy kala itu.
Ketika akhirnya mereka menikah, ketertarikan ini makin hari makin meningkat menjadi kekaguman, kecintaan, dan penghormatan yang tinggi walaupun usia Rasullullah jauh lebih muda dari dirinya sendiri. Khadijah mempercayakan seluruh urusan perniagaan ke tangan sang suami tercinta yang dengan kejujurannya berhasil mengembangkan urusannya hingga mengalami perkembangan yang pesat. Khadijah sendiri sekarang dapat berkonsentrasi mengurusi urusan rumah tangga, ke 4 putri dan 2 putranya serta ke 2 putra dari suami sebelumnya.
Sementara itu di waktu-waktu luangnya, Khadijah mendapati bahwa sang suami sering merenung dan berusaha berpikir siapakah sebenarnya Sang Pencipta yang patut disembah dan diagungkan. Muhammad muda senantiasa menjauhkan diri dari ritual penyembahan berhala yang lazim dilakukan kaumnya yang dalam kesesatan. Semua ini tak terlepas dari pengamatan Khadijah. Hal ini menimbulkan kekaguman dan kesan mendalam di hati sang istri tercinta. Oleh karenanya ia tidak pernah menghalangi kepergian suaminya bermunajat di gua Hira dalam rangka merenung dan memikirkan penciptaan bumi, langit beserta seluruh isinya.
Itu sebabnya ketika sang suami dengan menggigil ketakutan pulang ke rumah sambil menceritakan bahwa ia telah didatangi ’mahluk yang memenuhi langit’ ( malaikat Jibril as), Khadijah tidak mencemoohkannya bahkan langsung mempercayainya. Beliaulah orang yang pertama beriman dan langsung mempercayai kerasulan Muhammad saw disaat yang lain masih mengingkari dan mencemoohnya.
”Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat ”.(QS.An-Najm (53) : 1-5).
Khadijah segera menyelimuti dan menghibur sang suami dengan kata-kata yang menyejukkan dan menenangkan hati. Dalam keadaan inilah turun ayat berikut :
”Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan. ” . (QS.Al-Muzzammil(73):1-4).
Maka sejak saat itu, Khadijahpun selalu bersiap diri rela mengorbankan waktu, jiwa serta seluruh hartanya untuk dakwah Rasullullah Muhammad SAW, sang suami tercinta.
2. Aisyah ra, Ummul Mukminin.
Ia adalah putri Abu Bakar ra, sahabat Rasulullah saw sekaligus khalifah pertama. Di usianya yang masih belia Aisyah telah dikenal sebagai periwayat hadis yang handal. Ia telah meriwayatkan 2210 hadis, 297 diantaranya terdapat di dalam kitab Hadis Bukhari-Muslim. Hafalannya sungguh luar biasa. Banyak sahabat Rasulullah yang sering menanyakan asal usul suatu hadis kepadanya, termasuk juga Umar bin Khatab, sang khalifah.
Istri Rasulullah ini belajar dan mendalami ajaran Islam langsung dari mulut Rasulullah, di dalam rumah kenabian di mana wahyu turun dan Al-Quran dibaca siang dan malam. Ia dikenal sebagai sosok perempuan cerdas, pandai berdiplomasi, memiliki lisan yang fasih dan jika berbicara mampu menarik setiap telinga yang mendengarnya.
Pada masa hidup Rasulullah, kaum perempuan memang memiliki semangat yang tinggi untuk belajar hingga mendorong mereka meminta agar disediakan majlis dan waktu khusus untuk mereka meskipun di dalam masjid mereka juga telah mendengar nasehat yang disampaikan Rasulullah.
Urwah bin Az-Zubair ra suatu ketika pernah berkata : ” Aku tidak melihat ada seseorang yang lebih pandai dalam ilmu agama, lebih pandai dalam bidang kedokteran dan lebih pandai dalam bidang syair daripada Sayyidah Aisyah ra. ”
Pada perang Khandaq, diberitakan bahwa Umar bin Khatab terpaksa menegur Aisyah karena keberaniannya yang luar biasa maju menerobos ke bagian depan barisan pasukan hingga membahayakan keselamatan dirinya.
Anas bin Malik ra meriwayatkan, ia berkata : ”Sungguh aku menyaksikan Aisyah binti Abu Bakar ra dan Ummu Sulaim, sambil menyingsingkan baju sampai di atas mata kaki, mereka berdua mengambil air minum lalu mereka menghidangkannya kepada pasukan, kemudian mereka berdua kembali lagi untuk mengambil air minum lalu memberikannya lagi kepada mereka ”.
Aisyah berpendapat bahwa beraktifitas adalah merupakan keharusan dan tuntutan bagi setiap perempuan. Setiap perempuan tidak boleh hanya duduk di dalam rumah tanpa berpikir untuk melakukan sesuatu yang berguna yang dapat membantu meringankan beban lingkungannya namun tentu saja tanpa mengabaikan peran utamanya di rumah dan mendidik anak-anaknya. Allah swt memang tidak menganugerahi Aisyah seorangpun anak. hingga dengan demikian ia dapat secara maksimal mencurahkan seluruh kehidupannya bagi masyarakat dan lingkungannya.
Ia berkata : ” Alat tenun di tangan seorang perempuan bisa bernilai lebih baik dari tombak di tangan orang yang berjuang dijalan Allah SWT ”.
3. Ummu Habibah ra, Ummul Mukminin
Nama aslinya adalah Ramlah binti Abu Sufyan. Ayahnya, yaitu Abu Sufyan adalah seorang pemuka dan pembesar Quraisy yang sangat dienggani dan ditakuti masyarakatnya. Ia bahkan baru masuk Islam setelah Fathu Makkah. Sebelumnya ia adalah salah seorang yang amat memusuhi Islam. Hanya karena keyakinannya yang begitu kuat terhadap kebenaran Islam, Ramlah berani mengambil resiko dimusuhi dan dibuang keluarga besarnya.
Untuk menghindari paksaan keluarganya agar ia kembali musyrik, bersama sejumlah sahabat Ramlah beserta suaminya rela ikut berhijrah ke Habasyah meninggalkan segala yang dicintainya di Makkah. Tatkala itu kekejaman orang-orang musyrik atas kaum muslimin telah mencapai puncaknya, Di negri inilah ia melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Habibah hingga akhirnya ia lebih dikenal dengan nama Ummu Habibah. Sebaliknya di negri ini pula, ia diuji dengan sebuah cobaan yang lebih berat lagi. Suaminya murtad dan selanjutnya ia terus menerus mendesak Ummu Habibah agar mengikuti jejaknya.
Dengan keteguhannya ia bertahan bahkan dengan penuh kesabaran ia berusaha menyadarkan suaminya agar kembali ke jalan yang benar. Rupanya daya tarik syaitan lebih menarik hati suaminya hingga akhirnya ia meninggal dunia karena terlalu banyak mengkonsumsi khamr. Alangkah bersedihnya Ummu Habibah. Ia yang ketika mudanya terbiasa hidup bergelimang kekayaan dan kemewahan serta dimanja ayah-ibunya, kini harus hidup sendiri di negri orang sambil menanggung seorang anak yang masih balita.
Namun Ummu Habibah begitu yakin dengan adanya ayat 2 surat At-Thalaq bahwa Allah swt pasti akan memberinya jalan keluar.
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberikan rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.Dan berangsiapa yang telah bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.( QS. At-Thalaq(65):2-3).
Atas kehendak-Nya, suatu ketika ia bermimpi bahwa Rasulullah melamarnya. Dan hal ini memang benar-benar terjadi. Beberapa saat setelah masa iddahnya, melalui raja Habasyah yang telah memeluk Islam, yaitu raja Najasyi, Rasulullah mengajukan lamaran terjadap dirinya. Bahkan raja ini dengan suka hati menawarkan uang sejumlah 400 dinar bagi Ummu Habibah sebagai mahar pernikahan mulia tersebut. Rasulullah sendiri baru bertemu dengan Ummu Habibah usia perang Khaibar pada akhir tahun 6 H. Maka pada usia 40 tahun, Ummu Habibah resmi menjadi salah satu Ummul Mukminin.
Ummu Habibah adalah seorang yang dikenal sangat wara’ (loyalitas hanya untuk Allah dan Rasul-Nya bukan untuk seorangpun selaiin keduanya). Hal tersebut dibuktikan dengan sikapnya terhadap ayahnya, Abu Sufyan, tatkala suatu ketika ayahnya itu datang dan masuk ke rumahnya di Madinah. Sang ayah datang untuk meminta bantuannya agar menjadi perantara antara dirinya dengan Rasulullah saw dalam rangka memperbaharui perjanjian Hudaibiyah yang telah dikhianati sendiri oleh orang-orang musyrik. Abu Sufyan ingin duduk diatas tikar Rasulullah, namun tiba-tiba dilipat oleh Ummu Habibah.
Maka Abu Sufyan bertanya dengan penuh keheranan: “Wahai putriku aku tidak tahu mengapa engkau melarangku duduk di tikar itu, apakah engkau melarang aku duduk diatasnya?”. Ummu Habibah menjawab dengan keberanian dan ketenangan tanpa ada rasa takut terhadap kekuasaan dan kemarahan ayahnya: “Ini adalah tikar Rasulullah. Sedangkan engkau adalah orang musyrik yang najis, aku tidak ingin engkau mengotorinya”. Bahkan ketika kemudian Abu Sufyan melaknati putrinya tersebut, ia dengan segera menjawab bahwa apa yang disembah ayahnya hanyalah patung yang sama sekali tidak dapat memberi baik manfaat maupun mudharat.
Beberapa tahun kemudian setelah Rasulullah menghadap ar-Rafiiqul A’la, Ummu Habibah lebih lagi menekuni ibadahnya. Ia tidak keluar rumah kecuali untuk shalat dan tidak meninggalkan Madinah kecuali untuk haji hingga wafatnya di usia 70 tahun-an. Tampak bahwa ia betul-betul memahami isi Al-Quranul Karim.
” Dan barangsiapa di antara kamu sekalian (isteri-isteri Nabi) tetap taat pada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscaya Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezki yang mulia………dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta`atilah Allah dan Rasul-Nya………”.(QS.Al-Ahzab(33):31-33).
4. Asma binti Yazid bin Sakan (Ummu Salamah), perempuan Anshar, ahli pidato.
Asma binti Yazid bersama suaminya termasuk yang berhijrah ke Habasyah demi menghindari makin sengitnya kaum Quraisy memusuhi kaum Muslimin. Pada hijrahnya yang kedua yaitu ke Madinah, ia dipersulit oleh keluarganya hingga akhirnya ia terpaksa merelakan suaminya pergi sendiri ke Madinah sementara anak mereka disandera oleh keluarganya sendiri di Makkah. Hal ini berlangsung selama 1 tahun hingga akhirnya dengan tekad yang bulat ia bersama anaknya berhasil menyusul suaminya itu ke Madinah.
Perempuan yang kemudian biasa dipanggil dengan nama Ummu Salamah ini dikenal karena kepiawaiannya dalam berkutbah. Ia adalah juru bicara kaum perempuan pada masa hidup Rasulullah. Disamping itu ia juga meriwayatkan 80 hadis. Suatu ketika didorong keinginannya yang begitu besar untuk ikut berjihad bersama kaum lelaki, ia pernah bertanya kepada Rasulullah :
“Wahai Rasulullah , sesungguhnya aku adalah utusan bagi seluruh muslmah di belakangku, seluruhnya mengatakan sebagaimana yang aku katakan dan seluruhnya berpendapat sesuai dengan pendapatku. Sesungguhnya Allah Ta`ala mengutusmu bagi seluruh laki-laki dan perempuan, kemudian kami beriman kepadamu dan membai`atmu. Adapun kami para perempuan terkurung dan terbatas gerak langkah kami. Kami menjadi penyangga rumah tangga kaum lelaki, dan kami adalah tempat melampiaskan syahwat mereka, kamilah yang mengandung anak-anak mereka, akan tetapi kaum lelaki mendapat keutamaan melebihi kami dengan shalat jum`at, mengantar jenazah dan berjihad. Apabila mereka keluar untuk berjihad kamilah yang menjaga harta mereka, yang mendidik anak-anak mereka, maka apakah kami juga mendapat pahala sebagaimana yang mereka dapat dengan amalan mereka?
Rasulullah tersentak mendengar pertanyaan tersebut. Beliau menoleh kepada para sahabat dan bersabda : “Pernahkah kalian mendengar pertanyaan seorang perempuan tentang dien yang lebih baik dari apa yang dia tanyakan?”. Para sahabat menjawab, “Benar, kami belum pernah mendengarnya ya Rasulullah!”. Kemudian sambil tersenyum Rasulullah bersabda : ” Wahai Asma, kembalilah dan beritahukanlah kepada para perempuan yang berada di belakangmu bahwa perlakuan baik salah seorang diantara mereka kepada suaminya, dan meminta keridhaan suaminya, mengikuti (patuh terhadap) apa yang ia disetujuinya, itu semua setimpal dengan seluruh amal yang kamu sebutkan yang dikerjakan oleh kaum lelaki”.
Namun demikian, keinginan kuat yang begitu menggebu dalam dada Asma untuk ikut andil dalam berjihad tidak dapat dipadamkan begitu saja. Beberapa tahun kemudian setelah wafatnya Rasulullah saw, bersama para muhajirin dengan gagah berani ia berhasil melaksanakan niat tersebut, yaitu pada perang Yarmuk. Bersama para muslimah lainnya, ia berada di belakang para mujahidin untuk membantu jalannya peperangan. Mereka mencurahkan segala kemampuan dengan membantu mempersiapkan senjata, memberi minum dan mengobati yang terluka serta memompa semangat juang kaum muslimin. Bahkan dalam perang besar tersebut ia berhasil membunuh 9 tentara Romawi yang ketika itu sedang dalam persembunyian.
Ibnu Katsir mengisahkan bahwa pada perang Yarmuk banyak muslimah yang ikut andil dan ambil bagian. Ia menulis : “Para perempuan menghadang mujahidin yang lari dari berkecamuknya perang dan memukul mereka dengan kayu dan melempari mereka dengan batu.” Adapun Khaulah binti Tsa`labah berkata: “Wahai kalian yang lari dari perempuan yang bertakwa .Tidak akan kalian lihat tawanan. Tidak pula perlindungan. Tidak juga keridhaan”.
Asma juga adalah masuk satu dari sedikit sekali perempuan yang berbait pada bait pertama Islam yang terjadi pada tahun pertama hijriyah. Pada kesempatan tersebut Rasulullah saw membaiat para perempuan dengan ayat yang tersebut dalam surat Al-Mumtahanah.
“Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akn membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Mumtahanah(60) : 12).
Baiat Asma binti Yazid adalah jujur dan ikhlas. Ini disebutkan riwayatnya dalam kitab-kitab sirah bahwa Asma mengenakan dua gelang emas yang besar, maka Nabi saw bersabda: “Tanggalkanlah kedua gelangmu wahai Asma, tidakkah kamu takut jika Allah mengenakan gelang kepadamu dengan gelang dari api neraka?”.
Maka dengan segera Asmapun mengikuti perintah Rasululah untuk melepas kedua gelang besarnya. Tanpa ragu dan tanpa komentar ia meletakkannya di depan Rasulullah saw.
5. Nasibah binti Ka’ab (Ummu Imarah), perempuan Anshor pertama yang berbaiat kepada Rasulullah.
Ia lebih dikenal dengan nama Ummu Imarah. Ia adalah seorang perempuan pejuang terhormat serta mulia dari kaum Anshor. Ia adalah saksi dari berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam seperti baiat Aqobah, perang Uhud, perjanjian Hudaibiyah, perang Hunain serta perang Yamamah.
Ia adalah satu diantara dua perempuan yang ikut hadir pada peristiwa Aqobah yang terjadi pada tahun 622 M. Bersama rombongan haji yang terdiri dari 75 orang muslim, 73 kaum lelaki dan 2 orang perempuan. mereka datang menemui Rasulullah saw di bukit Aqobah secara rahasia. Pada peristiwa yang kemudian dikenal dengan nama baiat Aqobah tersebut, lahir kesepakatan untuk mewujudkan ajaran Islam sebagai batu pondasi dan pilar pertama pendirian Daulah Islam, yaitu suatu negara yang menerapkan Islam di masyarakat, membawa risalahnya ke seluruh manusia, memelihara alam sekaligus menghilangkan segala perintang dan hambatannya.
Ummu Imarah adalah seorang perempuan yang gagah berani. Ini terbukti dengan keterlibatannya dalam beberapa kali peperangan bersama Rasulullah. Tugasnya antara lain menolong para mujahidin yang terluka, menyiapkan perbekalan, mengobarkan semangat dan keberanian para mujahidin bahkan bila perlu ia akan mengangkat senjata.
Pada perang Uhud, Ummu Imarah ikut berperang bersama suami dan kedua anak lakinya. Ketika sebagian besar muslimin khilaf dan berbalik untuk memperebutkan ghanimah, dengan penuh keberanian bersama Mush’ab bin Umair ia turut mengangkat pedang dan busur panah guna menghalau kaum kafir yang ingin mendekati dan membunuh Rasulullah. Ia berhasil melindungi Rasulullah dari sabetan pedang tentara Quraiys bernama Ibnu Qamiah, padahal saat itu dia dalam kondisi luka parah. Ia terluka pada leher dan punggungnya.“Setiap kali aku melihat kanan-kiriku, kudapati Ummu Imarah membentengiku pada Perang Uhud,” kenang Rasulullah saw.
Begitulah ketangguhan Ummu Imarah. Ia adalah contoh seorang ibu sekaligus seorang pejuang perempuan yang dengan penuh ketegaran menyuruh anak lelakinya yang telah cedera untuk tidak lari dari perang dan bahkan kembali ke medan pertempuran demi membela agama dan menegakkan kebenaran sesuai dengan apa yang telah dijanjikannya pada baiat Aqobah.
II. Perempuan masa kini.
Perempuan-perempuan ini patut dijadikan keteladanan karena mereka tetap memegang teguh keimanan walaupun lingkungan mereka mencemooh ke-Islaman mereka. Mereka bahkan merasa tertantang untuk tetap konsiisten menyumbangkan tenaga dan pemikiran mereka agar dijadikan contoh betapa Islam amat peduli terhadap perdamaian, persamaan hak dan pendidikan yang baik bagi perempuan khususnya. Mereka ini dengan penuh percaya diri bahkan memproklamirkan keislaman dan kecintaannya terhadap perintah Yang Maha Kuasa dengan konsisten mengenakan jilbabnya di depan umum.
1. Amena Haq, seorang dokter keturunan India warga negara Amerika Serikat
Amena tinggal di Florida Selatan, Amerika Serikat. Ia adalah seorang dokter berusia 50 tahun yang rajin berkeliling melakukan kunjungan terhadap orang-orang sakit untuk diobati, tidak peduli apapun agamanya. Bahkan sebagian besar pasiennya adalah pemeluk Yahudi dan Nasrani. Mereka menyukai dokter ini karena perhatian dan ketelitiannya dalam memeriksa pasien. Malah diantara mereka ada yang sering meminta saran non medis darinya. Orang melihatnya seperti seorang kakak yang mengayomi adik-adiknya. Oleh sebab itu ia dijuluki Apu, yang berarti kakak tertua.
Sebelum peristiwa 11 September 2001, kemanapun Amena pergi tidak pernah ia mengalami kesulitan. Namun setelah itu, rasa curiga terhadapnya sering mengikutinya. Walaupun begitu Amena tetap tidak ingin melepas jilbab yang membuatnya dikenal sebagai muslimah dan yang menyebabkannya dimusuhi dan dicurigai. Ia bahkan bertekad akan menunjukkan bahwa ajaran Islam adalah ajaran yang mengedepankan amal dan kebajikan bukan penyebar teror sebagaimana tudingan umumnya warga Amerika.
2. Samirah binti Jackie Dean Todd, seorang mualaf Indian Amerika.
Ia resmi menjadi Muslimah pada usia 33 tahun, beberapa bulan setelah peristiwa 11 September 2001. Sebelumnya ia adalah seorang penganut Kristen. Ia berasal dari keluarga yang berantakan dan tidak pernah merasakan kasih sayang yang cukup dari kedua orangtuanya. Ia merasa bahwa ajarannya tidak dapat menyelesaikan segala permasalahan hidup yang dialaminya.
Kemudian ia mulai mempelajari beberapa ajaran agama selain Kristen. Ternyata usahanya tersebut membuahkan hasil, hidayah Allah menghampirinya. Walaupun banyak yang harus dikorbankannya, Samirah ridho menerimanya karena ia menyadari bahwa Islam adalah sebuah kebenaran sejati. Tak ada satupun yang bisa dimintai pertolongan kecuali Dia. Tidak ada perantara dalam beribadah. Penyembahan dan pengabdian hanya patut dipersembahkan dan ditujukan kepada Tuhan Yang Satu, Allah swt.
Dengan keyakinan barunya ini, Samirah melangkah pasti, menghadapi segala cobaan dan kesulitan hidup dengan tenang dan tabah. Ibunya menganggap bahwa dirinya telah mengalami ’ brain wash’ alias pencucian otak. Ia tidak mau bertemu kembali dengan dirinya kecuali ia kembali ke Kristen. Ibunya juga telah mempengaruhi anak tertua Samirah agar menjauhi dan meninggalkannya. Tragisnya, ketika ia mengajukan gugatan perceraian, pengadilan memutuskan bahwa anak-anaknya harus diserahkan ke bawah pengawasan mantan suaminya dengan alasan agama yang dianutnya, yaitu Islam!
Negaranya, Amerika dan seluruh perangkat peradilannya plus sebagian besar masyarakatnya tampak jelas memusuhi Islam dan menganggapnya sebagai agama teror. Negara yang menggembar-gemborkan diri sebagai Negara Demokrasi dan Liberal ini nyatanya malah menghambat kebebasan berpikirnya. Namun Samirah tak bergeming, ia tetap pada pendiriannya. Ia bahkan tak gentar memperlihatkan keislamannya tersebut dengan terus mengenakan jilbabnya. Ia yakin dengan pertolongan Allah swt ia akan mampu memenangkan dirnya dari kesesatan.
3. Sara ( Christine ) Murray, seorang mualaf Inggris.
Sara adalah seorang perempuan Skotlandia. Ibunya adalah seorang anggota gereja yang secara rutin mengajak seluruh anggota keluarganya menghadiri gereja dan sekolah minggu pada setiap hari Minggu. Namun setelah remaja Sara tidak lagi melakukan rutinitas tersebut. Ia lebih memilih hidup berhura-hura bersama sebagian besar temannya. Ia sangat menikmati lirikan-lirikan kaum lelaki yang mengaguminya. Namun demikian makin hari ia makin merasa bahwa ada sesuatu yang hilang pada dirinya.
Suatu hari ia menemukan sebuah brosur yang memuat ayat Al-Qur’an dengan terjemahan bahasa Inggris. Ayat tersebut menerangkan bahwa hanya orang shaleh saja yang berhak mendapatkan surga. Tiba-tiba ia merasa bahwa ini adalah sebuah panggilan yang harus dipenuhi. Beberapa hari kemudian ia langsung memutuskan untuk pergi ke masjid dan berikrar ” Ashhadu ala ilaha ilallah wa ashhadu anna Muhammada Rasulullah ”. Tak lama setelah itu iapun memutuskan untuk mengenakan hijab. Ia tahu bahwa orang-orang disekitarnya memandangnya dengan aneh namun sebaliknya ia justru merasa mendapatkan kebebasannya. Dengan berhijab ia merasakan adanya suatu perlindungan khusus dan keyakinan bahwa dirinya tidak diperuntukkan bagi semua lelaki.
Dua tahun kemudian ia meminta agar dicarikan suami sebagaimana yang diajarkan syariah Islam, yaitu tanpa proses berpacaran, suatu hal yang sama sekali tidak lazim dilakukan orang Barat. Setelah melalui beberapa kali perkenalan dengan beberapa pemuda akhirnya ia mendapatkan kecocokan dengan seorang ekonom Mesir yang sholeh. Setelah menjalani pernikahan, atas dorongan suaminya Sara terus melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi.
Kini mereka telah dikaruniai seorang remaja putri yang mereka didik secara Islami. Sara sangat menikmati hari-harinya sebagai ibu rumah tangga yang selalu mendahulukan kepentingan keluarga. Namun ia tidak menampik bila suatu hari nanti ia ingin bekerja asakan suaminya mengizinkannya. Walaupun begitu, bekerja yang dimaksud Sara bukan bekerja untuk menyaingi suami dalam hal mencari nafkah namun bekerja sebagai bagian dari amal ibadah untuk membantu meringankan kesulitan orang lain.
4. Amatullah (Jylly ) Amstrong, seorang mualaf sufi dari Sydney, Australia.
Sejak kecil Jylly dan keluarga terbiasa memuja sesuatu atau seseorang. Ini adalah kebutuhan yang dirasakan seluruh keluarga. Itu sebabnya mereka terbiasa pergi ke gereja dan sekolah minggu. Disamping itu seperti ayahnya, Jylly juga amat mencintai berbagai bentuk kesenian. Oleh sebab itu Jylly kecil telah mengenal puisi-puisi karya nama-nama besar diantaranya Umar Khayam, seorang sufi terkenal. Setelah agak besar, Jylly mulai belajar balet. Maka dunia baletpun berpindah menguasai pikirannya. Menjelang remaja, sebagaimana jutaan remaja pada masa itu, Jylly tergila-gila pada kelompok musik The Beatles.
Seiring dengan bertambahnya usia, kegandrungannya pada sesuatu berubah sedikit demi sedikit. Ia mulai menyukai yoga, musik klasik serta berbagai kebudayaan, diantaranya adalah peradaban kuno Mesir dan Arab. Dari sini ia mulai mengenal dunia Islam walaupun masih sebatas budaya dan seninya. Masih panjang perjalanan yang harus dilaluinya untuk betul-betul mengenal ajaran Islam yang sebenarnya. Bertahun-tahun lamanya, bahkan setelah ia menikah, ia hanya merasa jatuh cinta kepada Islam sebagai seni dan budaya yang sangat tinggi nilainya.
Dengan tetap mengenakan rosarionya, Jylly terbiasa menghabiskan berjam-jam waktunya untuk mempelajari ajaran Islam. Ia sangat terobsesi dengan cara hidup para sufi yang mengorbankan hidup demi kecintaan dan penghambaannya pada Tuhannya. Iapun mulai terbiasa melafalkan ayat-ayat suci Al-Quran sekaligus menghafalkannya! Tanpa mengetahui maknanya, sambil berjalan-jalan sendirian di antara semak belukar di sekitar kediamannya, Jylly sering belajar mengucapkan kalimat ” La ilaha ilallah, Muhammadarasulullah ”. Ia tidak menyadari bahwa dengan mengucapkan kalimat tersebut sesungguhnya dirinya telah menjadi muslimah. Dengan tuntunan sebuah buku yang didapatnya ketika ia dan suami bepergian ke sebuah negri Islam, ia bahkan mulai mempelajari gerakan shalat.
Perjalanan spiritual Jylly mencapai puncaknya ketika ia berusia 35 tahun. Ia bersyahadat secara resmi di sebuah masjid di Sydney. Sebagai seorang Muslimah yang memiliki pengetahuan yang luas ia menyadari bahwa perkawinannya yang telah mencapai usia 14 tahun bakal kandas. Karena dengan keislamannya ini maka suaminya yang non muslim kini menjadi haram baginya. Namun beruntunglah ia, sebab cahaya Islam rupanya telah pula meneranginya. Sang suami yang seorang pematung itupun berbaiat menuju Islam.
Kini Jylly dan suaminya menjalani hidup secara amat bersahaja. Mereka menanggalkan berbagai koleksi antik mereka, seperti patung, lukisan serta foto-foto. Bahkan musik klasik yang selama bertahun-tahun menemani hidup Jyllypun ia tinggalkan. Ia merasa kesenangannya itu cenderung mengganggu keasyikannya untuk mengingat Allah. Ia berprinsip kepada hadis yang dihafalnya di luar kepala : ”Aku berlindung kepada Allah dari pengetahuan yang tidak beguna ”. Hidup mereka kini dipenuhi dengan zikir. Semua kegiatan hidup adalah ibadah dalam rangka mengingat Allah. Alam semesta adalah masjid yang agung.
5. Edina, seorang jurnalis merangkap Direktur Komunikasi The Muslim Public Affairs Council di Washington, Amerika Serikat.
Edina adalah seorang imigran Bosnia. Ketika itu negaranya masih berada dibawah bendera Yugoslavia yang sekuler, sebuah pemerintahan dibawah kepemimpinan Josep Broz Tito yang berusaha menghilangkan agama termasuk Islam. Karena pengaruh inilah maka kedua orangtuanya tidak pernah mengajarkan Edina dan adik-adiknya untuk menutup auratnya dengan jilbab. Baru setelah Edina duduk di bangku kuliah di UCLA ( University of California at Los Angeles) ia mengenakan hijab. Ketika itu ia baru mempelajari Islam secara sungguh-sungguh karena ia melihat beberapa teman kuliahnya mengenakan hijab yang di negaranya dahulu berusaha dihilangkan.
Ironisnya, justru hijab ini pula yang menghalangi cita-cita Edina menjadi seorang jurnalis. Beberapa kali ia ditolak bos pertelevisian hanya karena hijabnya itu. Namun dengan penuh kesabaran dan keteguhan ia bersikeras mempertahankan pendirian dan ajarannya hingga akhirnya tercapailah cita-cita tersebut. Saat ini Edina dan teman-temannya melalui The Muslim Public Affairs Council siap berdakwah menghadapi masa sulit menghadapi pandangan sinis masyarakat Amerika yang umumnya menganggap ajaran Islam sebagai agama terror .
III. Perempuan dalam lingkungan kekuasaan dan jabatan.
Penulis sengaja memisahkan kisah para perempuan yang hidup di lingkungan kekuasaan dan jabatan karena perempuan-perempuan ini ternyata terbukti dapat mempengaruhi prilaku pasangan hidupnya. Ada yang dapat dijadikan contoh baik tetapi ada juga yang sebagai contoh buruk. Hal ini perlu dikemukakan mengingat pada era globilisasi ini banyak perempuan yang menyenangi kekuasaan dan ikut terlibat serta melaju ke dalam dunia politik. Penulis hanya ingin mengingatkan bahwa sebagai seorang muslimah, seyogyanya contoh keberhasilan dan keteladanan bukan hanya diambil dari keberhasilan pemimpin-pemimpin perempuan non Islam baik dari dunia barat maupun timur, seperti Margareth Tacher dari Inggris ataupun Indira Gandhi dari India namun juga mengambil hikmah dari sejarah sebagaimana berikut ini :
1. Ratu Bilqis dari kerajaan Sa’ba. (sekarang Yaman).
Barat mengenalnya dengan nama Ratu Sheba. Ia memerintah kerajaan Sa’ba yang sekarang ini adalah negri Yaman, di selatan jazirah Arab. Ketika masih berada dibawa kekuasaannya,negri ini juga meliput Etiopia di benua Afrika. Ia diperkirakan memerintah pada tahun 900 SM, bersamaan dengan kerajaan Sulaiman di Palestina.
”Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah “. (QS.An-Naml(27):22-24).
”Berkata Sulaiman: “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan”. Berkata ia (Balqis): “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang berserah diri “. (QS.An-Naml(27):28-31).
Untuk menunjukkan kekuatan dan kekuasaan kerajaannya, Sulaiman as kemudian memerintahkan agar istana sang Ratu dipindahkan ke dekat istana raja Sulaiman. Hal ini dapat terjadi karena Allah SWT memang telah memberinya kekuasaan dan kepercayaan dalam banyak hal sebagai cobaan baginya.
” Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca“. Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”. (QS.An-Naml(27):44).
Maka sebagaimana kerajaan Sulaiman, Kerajaan Sa’bapun dengan ratunya, yaitu Ratu Balqis akhirnya mengikrarkan diri sebagai kerajaan yang hanya tunduk kepada kekuasaan tertinggi yang sesungguhnya, yaitu kekuasaan Allah swt, Tuhan semesta alam. Selanjutnya kerajaan ini menjalankan pemerintahan hanya berdasarkan hukum-Nya dan mengalami masa kejayaan hingga berabad-abad kemudian.
2. Ratu Cleopatra dari Mesir.
Pada tahun 51 SM, Cleopatra bersama adik yang sekaligus merangkap sebagai suaminya, Ptolemee XIII, diangkat menggantikan kedudukan ayahnya sebagai firaun Mesir. Ketika itu ia baru berusia 18 tahun. Namun tak lama kemudian, terjadi pertikaian, yang mengakibatkan dibuangnya Cleopatra dari Mesir.
Tak lama setelah itu, berkat bantuan diktator Romawi, Julius Caesar, Cleopatra berhasil membunuh suaminya itu. Dengan demikian ia berhasil mendapatkan kembali kekuasaannya. Kemudian ia kembali menikahi adiknya yang lain. Disamping itu, untuk menghindari kerajaannya dianektasi oleh Julius, sang jenderal dewa penolong, Cleopatra menjalin hubungan asmara dengannya hingga akhirnya membuahkan anak.
Akan tetapi ketika pada suatu peristiwa sang jenderal terbunuh, Cleopatra segera mendekati jenderal lain, Mark Antoine. Dengan daya tarik keperempuanannya, ratu Mesir ini berhasil membius Antoine hingga ia mabuk kepayang dan menyerahkan bagian barat kerajaannya ke bawah kekuasaan Cleopatra. Hubungan gelapnya dengan jenderal ini membuahkan 3 orang anak. Selanjutnya, terjadi pertempuran antara pihak Romawi dibawah jenderal Octavius yang kecewa dan gusar terhadap kebijakan Antoine melawan Antoine, si pengkhianat negara. Pihak Antoine memang kalah tetapi Antoine sendiri tewas bukan karena pertempuran tersebut. Ia bunuh diri dengan pedangnya karena mendengar kabar bahwa kekasihnya, Cleopatra, bunuh diri.
Padahal ratu Mesir, penggoda lelaki yang gila kekuasaan ini sebaliknya sedang berusaha merayu musuhnya, Octavius! Namun kali ini rayuan mautnya tidak berhasil sehingga akhirnya ia bunuh diri dengan membiarkan dirinya di gigit ular beracun sebagaimana kebiasaan orang Mesir kuno bunuh diri.
3. Asiya, istri Fir’aun dari Mesir.
Asiya adalah seorang perempuan yang terkenal disamping sangat cantik parasnya juga cantik budi pekertinya. Rasulullah pernah bersabda bahwa istri firaun ini adalah salah satu hamba Allah, disamping Khadijah ra dan Maryam ibu Isa Almasih, yang dijanjikan menjadi penghuni surga.
Asiya seorang yang shalehah walaupun bersuamikan orang yang tidak hanya kejam dan bengis namun juga menganggap dirinya adalah Tuhan. Ia tetap tegar dan kokoh pada pendiriannya untuk menghambakan diri hanya kepada Allah swt. Firaun tidak pernah berhasil memaksa Asiya untuk menuhankan dirinya.
”Dan Allah membuat isteri Fir`aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir`aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim”(QS.At-Tahrim(66):11).
Asiya memang tidak bisa menyadarkan suaminya namun dalam salah satu ayat Al-Quran diceritakan bagaimana ia membujuk suaminya itu agar tidak membunuh bayi yang ditemukannya di sungai yang mengalir hingga ke dalam istana. Ia menginginkan agar bayi tersebut tetap tinggal di istana dan diakui sebagai anak oleh pasangan tersebut. Padahal sebelumnya firaun telah memerintahkan agar seluruh bayi laki-laki yang lahir di negri tersebut dibunuh karena ia bermimpi bahwa kelak akan ada lelaki Yahudi yang akan menjatuhkan kekuasaannya.
Namun nyatanya pemimpin biadab nan kejam ini tidak kuasa menolak permintaan istrinya tercinta. Ironisnya, bayi itulah yang dikemudian hari berontak melawan kekuasaan dan kekejamannya. Bayi itu adalah Musa as.
4. Zulaikha, istri seorang mentri kerajaan Mesir.
Yusuf as adalah seorang pemuda tampan. Ketika kecil karena kecemburuan saudara-saudaranya terhadap prilaku ayahnya yang mereka anggap kurang adil, ia dibuang ke dalam sumur. Tetapi berkat pertolongan-Nya, ia diselamatkan oleh kafilah yang melewati sumur dimana ia dibuang walaupûn akhirnya ia hanya dijual sebagai budak di negri Mesir. Di negri ini ia dibeli oleh sepasang suami istri yang tidak mempunyai keturunan. Si suami adalah seorang pejabat negara yang sangat sibuk dengan pekerjaan sementara Zulaikha, istrinya sering merasa kesepian di rumah.
Suatu hari ketika Zulaikha sedang sendiri di rumah ia memperhatikan bahwa budaknya, yaitu Yusuf as, adalah seorang yang ketampanannya tidak tertandingi oleh siapaun. Syaitan segera bekerja, ia membisikkan agar perempuan cantik ini menggoda budaknya tersebut.
”Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah kesini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung”.(QS.Yusuf(12):23).
Yusuf segera berlari menuju pintu tetapi perempuan yang sedang dirasuki bisikan syaitan tersebut tidak mau membiarkannya. Ia menarik bagian belakang gamis Yusuf. Keika itulah muncul sang suami di depan pintu. Segera Zulaikha berlepas diri. Ia melempar fitnah bahwa budaknya itu hendak memperkosanya.
”Yusuf berkata: “Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)”, dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya: “Jika baju gamisnya koyak di muka, maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar.” QS.Yusuf(12):26-27).
Namun tatkala suami Zulaikha mendapatkan bukti bahwa gamis Yusuf koyak di belakang, yang berarti istrinyalah yang bersalah, ia tetap membela istrinya. Ia bahkan malah menghukum Yusuf. Maka Yusuf harus menjalani kurungan penjara selama beberapa tahun. Sebaliknya Zulaikha, ia segera bertaubat dan memohon ampunan kepada-Nya. Ia menyadari kesalahannya hingga terperosok dalam bisikan syaitan. Beruntung Allah swt menerima taubatnya itu.
Sementara itu dalam suatu kisah diceritakan bahwa setelah Yusuf bebas dari penjara, suami Zulaikha telah meninggal dunia. Yang Maha Kuasa kemudian mengabulkan keinginan terpendam Yusuf yang sebenarnya ketika itu juga menyimpan keinginan terhadap Zulaikha. Namun karena rasa takutnya terhadap Sang Khalik membuatnya ia terbebas dari bisikan nafsu syaitan tersebut. Oleh karenanya dengan ridho’ Allah, merekapun akhirnya menikah dan hidup berbahagia.
5. Syajaratud Dur, seorang sultan Mesir.
Syajaratud Dur adalah seorang pemimpin perempuan pertama yang berhasil menduduki kursi tertinggi pemerintahan dalam sejarah Islam. Ini terjadi pada abad ke 12 M di Mesir.
Ketika suaminya meninggal dunia, semula ia hanya berusaha meneruskan jalannya pemerintahan. Ia menyembunyikan berita kematian suaminya tersebut dari khalayak umum. Kemudian dengan bantuan seorang anaknya, ratu ini berhasil menghadapi serangan pasukan Salib dan bahkan berhasil mengusir mereka dari tanah Mesir. Namun kemudian dorongan nafsu dan bisikan syaitan untuk meneruskan ambisi kekuasaan menguasainya. Ia kemudian membunuh anaknya tersebut.
Beberapa lama kemudian ketika akhirnya rahasianya terbongkar, dengan kecerdikannya ia segera menikah kembali dan menjadikan suami barunya itu sebagai sultan. Tak puas dengan kedudukan baru yang hanya sebagai pendamping seorang sultan, iapun kembali membunuhnya. Namun kali ini, rupanya Allah swt tidak mau lagi menyembunyikan kebusukan dirinya yang sudah keterlaluan. Rahasianya terbongkar dan masyarakat tak lagi dapat memaafkannya. Ia kemudian disingkirkan dari kursi kesultanan dan harus mempertanggung-jawabkan apa yang telah diperbuatnya selama itu.
subhan nallah walhamdulillah