Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Perjalanan Sang Khalifah 2 – The True Game’ Category

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):”Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS.Ali Imraan (3):190-191).

Malam dan siang adalah sebuah keadaan yang sama sekali bertolak-belakang. Dijadikannya siang terang-benderang sebagai sarana mencari dan memenuhi kebutuhan hidup di dunia. Disiang hari dijadikannya matahari menerangi bumi sehingga segalanya mudah terlihat. Namun sebaliknya di hari yang benderang tersebut penglihatan kita malah menjadi gelap dan kabur terhadap apa yang ada di langit; bulan, bintang dan benda-benda langit lainnya seolah sirna. Sebaliknya pada malam hari, ketika matahari enggan menampakkan dirinya, keadaan di sekitar kitapun menjadi gelap. Itulah waktu dimana kita dapat beristirahat sekaligus merenungkan diri.

” Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?”. Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”. Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamuberistirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya”.(QS.Al-Qashash (28):71-73).

Intensitas cahaya yang dikeluarkan bintang nun jauh disana begitu kecil namun yang demikian penglihatan malah menjadi lebih luas terbuka karena benda-benda langit menjadi terlihat jelas. Hanya pada malam hari melalui bulan kita dapat melihat bayangan bumi, tempat kita bernaung. Dalam keadaan yang demikian kita menjadi disadarkan betapa kecil dan tidak berartinya kita ini bila dibandingkan alam semesta yang kelihatan tak terbatas ini. Ironisnya, sesungguhnya justru inilah kehidupan yang lebih nyata. Perumpamaannya bagaikan seseorang yang melihat seekor gajah. Pada siang hari kita hanya melihat bagian-bagian tertentunya, seperti ekor, kaki atau belalainya dan pada malam harinya baru kita melihatnya dalam keadaan yang seutuhnya.

“… dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang. Danjanganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. …”. (QS.Thaahaa(20):130-131).

Dengan kata lain, orang yang hanya hidup pada siang hari dan tidak memperhatikan keadaan pada malam hari, ia telah menyia-nyiakan hal yang hakiki. Keadaan siang hari atau kehidupan yang melulu tentang dunia telah menyilaukan dan menyesatkan dirinya. Ia lupa bahwa di balik kehidupan dunia ada kehidupan akhirat. Dan kehidupan akhirat adalah lebih kekal daripada kehidupan dunia. Itulah salah satu hikmah yang diberikan dari pergantian malam dan siang pada ayat Ali-Imraan 190-191 diatas.

“Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”.(QS.Al-A’laa(87):17).

Begitu berlimpahnya ayat-ayat berserakan di alam semesta ini bila manusia mau memperhatikan dan mempelajarinya. Hal ini tak lain agar manusia dapat mengenal Sang Pencipta, Allah Azza wa jalla. Berbeda dengan manusia yang cenderung ‘pelit’ baik dalam hal harta maupun ilmu, Allah SWT berkehendak agar manusia dapat ikut memahami dan mempelajari sebagian kecil dari ilmu Allah, bagaimana caranya Ia menciptakan alam semesta, bagaimana Ia menghamparkan bumi dan isinya, bagaimana Ia menciptakan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, mengapa pula bisa terjadi berbagai kejadian alam seperti hujan, angin, petir, badai dan lain sebagainya. Allah SWT sengaja memperlihatkan proses tersebut tahapan demi tahapan selain untuk memperlihatkan kekuasaan-Nya juga agar mempermudah manusia mempelajarinya dan agar manusia mau mensyukurinya.

“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”(QS.Al-Jatsiyah(45):13).

Padahal bila Ia berkehendak cukup Ia mengatakan “KUN FAYAKUN” maka terjadilah segalanya.

“……Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia.”(QS.Ali Imraan(3):47).

Maka bila demikian tak satupun manusia akan mempunyai kesempatan untuk mengetahui sedikitpun rahasia-Nya. Manusia bakal bagaikan robot-robot yang patuh dan tunduk tanpa kemauan apapun karena tanpa tanda-tanda yang ditinggalkan-Nya mustahil manusia dapat mengerti barang sedikitpun ilmu-Nya. Ia hanya dapat pasrah. Dan tentu semua manusia tanpa usaha akan masuk surga tanpa proses apapun. Alangkah tidak dinamisnya hidup ini dan bila demikian tentu saja tidak diperlukan adanya khalifah di bumi ini.

Namun syukurlah karena Allah SWT tidak menghendaki yang demikian. Dunia adalah permainan yang amat menarik dan dinamis. Manusia adalah pemeran utama sedangkan mahluk-mahluk lain seperti hewan, tumbuhan, gunung, sungai, bebatuan dan lain-lain adalah pemeran pembantu. Mereka tidak mempunyai kehendak apapun, selain patuh pada aturan-Nya, semua prilakunya persis sesuai skenario Sang Sutradara Yang Maha Cerdas. Mereka semua tahu kepada siapa harus memuja dan menyembah.

“Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”(QS.An-Nuur(24):41).

Allah SWT memerintahkan air selalu tertarik ke pusat bumi sebaliknya gas menjauh dari pusat bumi, bulan berputar mengelilingi bumi, bumi berputar mengelilingi matahari sambil berotasi terhadap dirinya sendiri demikian pula seluruh tatanan tata surya atau galaksi yang jumlahnya mencapai 300 milyar dimana masing-masing galaksinya memuat 300 bintang (termasuk matahari), demikian juga semua mahluk yang berada di alam semesta ini. Gravitasi dan berbagai macam teori yang ada itu hanya aturan main ciptaan-Nya agar manusia dapat ikut memahami permainan.

Sesungguhnya alam semesta ini hanya dapat pasrah, tunduk-patuh kepada perintah- Nya yaitu taat dalam menjalani ketetapan hukum alam atau sunatullah. Sesungguhnya keseimbangan alam semesta, daya tarik antara gravitasi yang cenderung menarik semua benda ke pusat dan daya tarik sentrifugal yang cenderung menarik semua benda menjauh dari pusat adalah suatu demonstrasi pengorganisasian yang amat sempurna oleh Sang Maha Pengatur (Al-Maalik), Sang Maha Sempurna (Al-Kaarim)!

“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. (QS.Al-Fushilat (41):11).

Namun bila sekali-sekali Ia ingin tidak mengikuti aturan yang diciptakan-Nya tersebut, itu adalah hakNya. Tak satupun mahluk yang dapat mencegahnya. Sedangkan bagi pemeran utama yaitu manusia, mereka diberi kebebasan untuk berusaha dan menentukan arah langkahnya. Dan Allah SWT menghargai hambanya yang mau berusaha. Sabda Rasulullah: “Jika seorang hakim berijtihad kemudian ijtihadnya ternyata benar, maka baginya dua pahala, Jika ia menghukumi kemudian ijtihadnya ternyata salah, maka baginya satu pahala.”

Allah SWT menantang manusia untuk berlomba menuju kemenangan. Dan sebagai petunjuk Ia sebarkan ayat-ayat di segala penjuru alam semesta; Kauniyyah, itulah Sunatullah atau ilmuwan menyebutnya hukum alam. Sebagai imbalan Allah SWT menyediakan surga bagi para pemenang dan neraka bagi para pecundang. Siapa saja yang mampu memecahkan teka-teki tersebut, baik muslim ataupun bukan, ia akan menguasai dunia, alam akan ditaklukan atas kehendak-Nya, ia akan mendapatkan manfaat yang banyak darinya, dengan satu syarat tidak boleh merusak alam tersebut. Bila ia melanggar aturan tersebut ia akan merasakan akibatnya, itulah hukum sebab-akibat, aksi-reaksi.

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi ……”(QS.Al-Qashash (28):77).

Itu adalah cerminan sifat ‘Ar-Rahman‘ atau Maha Pengasih yang diberikan-Nya bagi seluruh mahluk ciptaanNya. Sedangkan ‘Ar-Rahim’ atau Maha Penyayang hanya khusus diperuntukkan bagi umat yang mau berserah diri kepada-Nya, umat yang mau tunduk patuh, yaitu para muslimin dan muslimat. Imbalan bagi mereka adalah di akhirat kelak yaitu surga.

Rasulullah bersabda : “Barangsiapa menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka ia harus memiliki ilmunya; barangsiapa menghendaki (kebahagiaan) akhirat, ia harus memiliki ilmunya dan siapapun yang inginmeraih keduanya, maka ia harus memiliki ilmunya. (ilmu keduniaan dan ilmu akhirat)”.

Namun untuk memecahkan ayat-ayat yang tersebar di alam semesta ini tidak mudah, ia memerlukan ilmu yang tidak sederhana. Untuk itu manusia dituntut untuk berpikir, untuk menggunakan akalnya.

Mu’adz bin Jabal, salah seorang sahabat meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda: “Pelajarilah ilmu, sebabmencari ilmu karena Allah adalah kebaikan, menuntutnya adalah ibadah, mempelajarinya tasbih,mengkajinya adalah jihad dan mengajarkannya adalah sedekah. Dengan ilmu seorang hamba sampai pada kedudukan orang-orang baik dan tingkatan paling tinggi. Memikirkannya setara dengan berpuasa dan mengkajinya sama dengan menegakkan shalat. Dengannya Allah ditaati, disembah, di-Esa-kan dan ditakuti. Dengannya pula tali silaturahmi diikatkan. Ilmu adalah pemimpin dan pengamalan adalah pengikutnya. Dengannya Allah mengangkat bangsa-bangsa lalu Dia menjadikan mereka pemimpin, penghulu dan pemberi petunjuk pada kebajikan karena ilmu adalah kehidupan hati dari kebutaan, cahaya dari kezaliman dan kekuatan tubuh dari kelemahan.”

Bahkan sesungguhnya untuk mengerjakan shalat lima waktu yang merupakan kewajiban Muslimpun, Allah SWT menentukan waktu-waktunya tidak dengan begitu mudahnya melainkan harus berdasarkan posisi matahari dan bayangannya. Sehingga dengan demikian mutlak hukumnya bagi kaum muslimin untuk mempelajari dan menguasai ilmu yang berhubungan dengan pergerakan matahari. Rasulullah juga bersabda : “Mencari ilmu adalah wajib bagi tiap pribadi muslim dan muslimah”.

Sedangkan Al-Khalil bin Ahmad berkata, “Manusia itu ada empat: Pertama, yang tahu dan tahu bahwa ia tahu.Ia adalah alim, maka ikutilah. Kedua, yang tahu tetapi tidak tahu bahwa ia tahu. Ia adalah orang yangtertidur, maka bangunkanlah. Ketiga, yang tidak tahu dan tahu bahwa ia tidak tahu. Ia adalah orang yangmencari bimbingan, maka ajarilah. Keempat, yang tidak tahu tetapi tidak tahu bahwa ia tidak tahu. Ia adalah orang bodoh, maka waspadailah”.

Al-Ghazali mengingatkan, seseorang hendaknya menuntut ilmu tidak hanya sekedar kebutuhan melainkan harus hingga tuntas, hingga sampai kepada hakekat atau inti ilmu tersebut. Karena hanya dengan inti ilmu inilah seseorang akan mencapai suatu tingkat penyingkapan akan rahasia dan kebesaran Sang Maha Pencipta, Allah azza wa jalla. Itulah keutamaan ilmu karena puncak ilmu adalah pengenalan Allah SWT.

Dengan ilmu manusia dapat lebih merasakan sekaligus mengagumi kekuasaan dan kebesaran-Nya. Ilmu yang hanya dimaksudkan untuk memperoleh kekuasaan, harta dan pangkat tidak akan sampai kepada hakekat hidup yang sebenarnya. Namun sebaliknya, bila dengan ilmunya tersebut ia tidak dapat menyaksikan ke-Besaran-Nya, ke-Agungan-Nya atau bahkan me-nafikkan-Nya, maka keberuntungan yang diperolehnya hanyalah sebatas dunia saja, imbalan yang utama yaitu akhirat tidak ia dapatkan. Dan ia termasuk orang yang merugi. Allah SWT amat membenci orang-orang yang demikian, orang-orang yang tidak bersyukur.

Rasulullah bersabda:”Barangsiapa yang bertambah ilmunya tetapi tidak bertambah petunjuknya, maka ia akan bertambah jauh dari Allah.”

Namun sebaliknya, Allah SWT amat menyayangi mahluknya yang mempunyai hati yang bersih, yang mau menggunakan telinganya untuk mendengar, matanya untuk melihat , akalnya untuk berpikir.

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, merekamempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS.Al-Araf (7):179).

Namun sebaliknya bila sekarang ini ada temuan sains yang terlihat bertentangan dengan teks Al-Quran, sebenarnya ada dua kemungkinan. Yang pertama mungkin data atau informasi yang didapat para ilmuwan belum tepat, sedang yang kedua mungkin pemahaman kita terhadap Al-Quranlah yang kurang tepat. Karena tidak mungkin keduanya saling bertentangan.

Dengan makin majunya tehnologi, pengetahuan juga makin berkembang, oleh karenanya penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan ilmu ke-alam semestaan juga dapat berkembang. Karena Islam bukanlah sekedar agama yang menghubungkan antara manusia dengan Tuhannya sebagaimana kebanyakan agama, ia melainkan juga adalah nafas kehidupan yang memperlihatkan segala yang ada di alam semesta termasuk hubungan antar manusia dan hubungan antara manusia dengan alam semesta. Islam adalah juga sains. Harus diingat bahwa Sains berkembang dengan sangat pesat baru pada awal abad ini saja.

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”.(QS.Al-Anbiya(21):30).

“(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya “. (QS.Al-Anbiya(21):104).

Kedua ayat diatas membuktikan akan kebenaran teori “Big Bang” dan “Big Crunch” yaitu awal penciptaan alam semesta dan kebalikannya yaitu akhir dari alam semesta atau kiamat. Dengan adanya bantuan teleskop Hubble, Sains baru dapat membuktikan kebenaran ayat-ayat tersebut 14 abad kemudian! yaitu pada tahun 1940-an. Itu semua terjadi atas kehendak Allah SWT, atas izin-Nya.

“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya”.(QS. Adz-Zaariyat (51) :47).

Bukankah “Big Bang” mengatakan bahwa alam semesta ini bermula dari “singularitas”,”kenihilan” yang kemudian ‘berdentum’ menjadi luas dan terus semakin luas dan mengembang sebelum akhirnya kembali mengkerut? Dan bukankah dari ilmu pengetahuan kita tahu bahwa hujan adalah suatu proses yang mempunyai hubungan erat antara awan, angin dan fenomena alam lainnya?

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus,………?” (QS.As-Sajdah(31):27).

“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira”.(QS.Ar-Rum(30):48).

Bila kita mau memperhatikan ayat-ayat Al-Quran sungguh banyak sekali ayat-ayat yang sesuai dengan penemuan sains akhir-akhir ini. Allah SWT tidak menciptakan alam semesta ini dengan sembarangan. Dialah Sang Pencipta yang Tunggal.

“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS. Yaasiin (36) :40).

Para ilmuwan menyadari bahwa alam semesta ini tercipta dengan aturan-aturan dan rumus-rumus yang amat sangat akurat dan mendetail, bahkan sarat dengan perhitungan matematis.

“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan……”. (QS. An-Naml(27):88).

“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? dan gunung-gunung sebagai pasak?”. (QS. An-Naba’(78):6-7).

Belakangan ini Sains membuktikan bahwa terjadi pergeseran lempeng kerak bumi antara 5-12cm pertahun dan disimpulkan bahwa dalam sejuta tahun berpotensi dapat memindahkan sebuah benua antara 50-120 km!!. Para ahli geologi juga mengatakan bahwa gunung-gunung sebenarnya dapat dikatakan memiliki “kaki” yang tertanam kuat didalam lapisan Astenosfer yg membuat kedudukan suatu benua/daratan mantap.

Sejarah mencatat, bahwa bumi yang ada sekarang ini tidaklah sama dengan bumi pada masa awal pembentukan 12 milyar tahun yang lalu. Diperkirakan 300 juta tahun yang lalu, di bumi ini hanya ada satu daratan yang amat luas,“Pangea” yang terletak di lautan yang juga amat luas ”Panthalasea”. Kemudian 150 juta tahun kemudian daratan luas ini pecah menjadi “Gondwana” yang terdiri atas Antartika, Australia, Amerika Selatan serta Afrika dan “Laurasia”yang terdiri dari Asia, Eropa dan Amerika Utara. Baru 50 juta kemudian keduanya terpisah secara bertahap hingga akhirnya seperti yang tampak sekarang ini. Jadi begitulah agaknya cara gunung “berjalan”, ia tidak diam di tempat namun bergerak walaupun secara perlahan.

Bagaimana pula dengan ayat-ayat berikut?

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi……. .”(QS. AtThariq(65):12).

Sejak kapan manusia mengetahui bahwa bumi mempunyai tujuh lapisan atmosfer? Lapisan Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer, Ionosfer, Eksosfer dan Magnetosfer. Tepat tujuh lapis!

Dan pernahkah kita terpikir mengapa sungai yang bermuara kelaut airnya tidak asin sebagaimana air laut? Mengapa keduanya tidak menyatu dan bercampur, padahal tidak ada dinding pembatas diantara keduanya?

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”(QS.Al-Furqan(25):53).

Pada tahun 1948, gambar-gambar satelit memperlihatkan dengan jelas adanya batas-batas air di laut Tengah yang panas lagi sangat asin dan di samudra Atlantik yang temperatur airnya relatif lebih dingin serta kadar garamnya lebih rendah dari laut Tengah. Batas-batas juga terlihat di antara Laut Merah dan Teluk Aden.

Bagaimana pula akibatnya bila air yang diturunkan dari langit atau air yang kita ambil dari dalam tanah untuk kita minum itu asin?

“Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamutidak bersyukur?” (QS.Al-Waqiyah(56):68-70).

Apa yang dikatakan sains tentang gosokan-gosokan yang dapat menimbulkan percikan api?

“Maka terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan (dari gosokan-gosokan kayu).Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?” (QS.Al-Waqiyah(56):71-72).

Dan apapula yang kita ketahui hubungan antara bayang-bayang dan posisi matahari?

“Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan kalau dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu, kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-lahan”.(QS.Al-Furqon(25):45-46).

Bagaimana dengan ayat 25 surat Al-Hadiid? Hikmah apakah yang ada di dalam ayat ini? “………Dan Kami ciptakan besiyang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia….” (QS.Al-Hadiid(57):25).

Besi adalah satu dari empat unsur yang berlimpah di bumi dan merupakan salah satu logam terpenting yang memberikan manfaat yang amat banyak bagi umat manusia. Kata Hadiid yang berarti besi, dalam sistim Abjad bahasa Arab memiliki nomor numerik 26. Dalam ilmu kimia diketahui bahwa setiap unsur pasti memiliki nomor massa dan nomor atom masing-masing. Dan dari ilmu ini diketahui bahwa nomor atom besi adalah 26 sedangkan nomor massanya adalah 57. Ini adalah nomor urutan surat Al-Hadiid dalam Al-Quran!

“Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui”. (QS.Al-Anam(6):97).

“Demi langit yang mempunyai jalan-jalan,..”.(QS Adz-Dzaariyaat(51):7).

Pernahkah kita terpikir apa makna langit yang mempunyai jalan-jalan tersebut? Manusia pada zaman dahulu mungkin tidak dapat membayangkan hal ini bahkan memikirkannyapun mungkin tidak. Namun sekarang ini di zaman yang serba canggih, di zaman dimana hampir semua orang dapat menikmati fasilitas telekomunikasi serba modern seperti radio, televisi, komputer dan juga aneka telepon genggam hal tersebut menjadi mengejutkan. Bukankah berbagai jenis gelombang radio yang mampu memberikan frekwensi tertentu untuk memberikan informasinya melalui berbagai fasilitas modern dan canggih itu berjalan melalui udara di atas kita? Itukah maksud langit yang mempunyai jalan-jalan itu? Wallahu’alam.

Pertanyaannya dari mana nabi Muhammad SAW yang hidup lebih dari 14 abad yang lalu itu mengetahui semua ini? Padahal kenyataan membuktikan diperlukan waktu berpuluh-puluh bahkan ratusan tahun bagi para ilmuwan untuk mengetahui suatu rahasia alam walaupun dengan alat yang canggih sekalipun.

Namun demikian, tetap saja para Darwinisme bersikukuh menyimpulkan bahwa seluruh alam semesta beserta isinya adalah proses evolusi dari mahluk bersel satu menjadi mahluk yang bermacam-macam seperti sekarang ini karena proses seleksi alam. Mereka berkeras tidak mau mengakui keberadaan Sang Maha Pencipta.

“… Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain”.(QS. Al-Anam(6):133.

“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka…” . (QS. Al-Qashash(28): 68).

Padahal kedua ayat diatas makin mempertegas keniscayaan bahwa Allahlah yang menciptakan segala macam dan jenis mahluk yang ada di alam semesta ini. Ia musnahkan segala apa yang tidak dikehendaki-Nya dan digantinya dengan apapun yang dikehendaki-Nya pula. Binatang purba yang di’ilustrasikan’ sebagai ‘dinosaurus’ berdasarkan temuan fosil yang telah berumur jutaan tahun beserta segala jenisnya, bila memang ia pernah ada, juga diciptakan oleh-Nya, bukan hasil evolusi dari satu jenis ke jenis yang lain.

Dan baru belakangan ini akhirnya para Ilmuwan sepakat bahwa kemungkinan binatang raksasa tersebut lenyap bersamaan dengan jatuhnya asteroid raksasa ke bumi sekitar 65 juta tahun yang lalu. Ilmu genetika yang muncul belakangan membuktikan bahwa setiap mahluk memiliki gen dan kombinasi DNA masing-masing yang tercipta ‘entah dari mana’.

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS. Al-Fushilat(41):53).

Jadi sungguh menyesatkan bila ada teori yang mengatakan segala penyebab kejadian alam di seputar kita itu adalah‘karena hukum alam tanpa menyebut kata Allah SWT’ atau ‘secara kebetulan’ ataupun ‘dengan sendirinya’ seperti apa yang dikatakan para pengikut Darwinisme mengenai proses penciptaan alam semesta dan evolusi. Ini jelas sebuah penolakan terhadap keberadaan Allah SWT, Sang Maha Pencipta. Alangkah congkaknya !

“Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!” (QS.Yaasin(36):77).

Namun sebaliknya bagi umat Muslim, sebagai bukti keyakinannya terhadap seluruh ayat-ayat Al-Quranul Karim, semestinya para ilmuwan mau melakukan penelitian ilmiah berdasarkan ayat-ayat yang berhubungan dengan Pengetahuan Alam dan Sains.

“Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mu`jizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini adalah) sihir yang terus menerus”. Danmereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya”.(QS.Al-Qamar(54):1-3).

Pada suatu ketika Ibn Mas’ud berkata bahwa suku Quraisy di Mekkah meminta bukti kepada Nabi Muhammad SAW atas kebenaran risalahnya dengan membelah bulan menjadi dua. Maka turunlah ayat diatas. Para sahabat , antara lain Anas Ibn Malik, Ibn Umar, Hudzaifah, Jubair Ibnn Muth’im, Ibn Abbas dan beberapa sahabat lain membenarkan bahwa mereka ikut menyaksikan bulan yang terbelah tersebut ; belahan pertama terlihat di sebelah kanan Gua Hira’ dan yang lainnya di sebelah kirinya. Kejadian tersebut hanya berlangsung beberapa saat dan sebagian kaum musryikin menganggapnya sebagai sihir.

Sampai saat ini memang tidak ada bukti atas mukjizat tersebut. Bagi kaum yang telah cukup kuat keimanannya tentu tidak menjadi masalah. Karena mereka yakin tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Namun Prof. Zaghul an-Najjar, seorang ilmuwan Mesir kontemporer, dalam penelitian ilmiahnya belum lama ini telah mampu membuktikan adanya keretakan pada bagian bulan yang tidak dapat terjadi kecuali kalau suatu ketika ia pernah terbelah!

Sebagaimana seluruh proses penciptaan alam semesta beserta isinya yang sungguh mengagumkan begitu pula bulan dan segala fenomenanya. Bukankah kita telah lama mengetahui bahwa pasang surut air laut, yang dimanfaatkan para nelayan sebagai sarana untuk mencari ikan adalah suatu peristiwa yang erat hubungannya antara daya tarik bulan dan matahari?

Peristiwa bulan purnama tampaknya juga memiliki hikmah yang tidak sedikit yang hingga saat ini kelihatannya baru sedikit bahkan mungkin belum terungkap. Kepolisian sebuah negara bagian Amerika Serikat belakangan ini melaporkan bahwa kejahatan pada malam bulan purnama meningkat dibandingkan hari-hari biasa. Demikian pula laporan dari bagian medis negara yang sama yang melaporkan bahwa pada malam bulan purnama unit gawat darurat menerima pasien dengan berbagai keluhan penyakit yang meningkat dibanding hari-hari biasa.

Memang belum ditemukan hubungan antara keduanya, namun Rasulullah SAW terbiasa berpuasa pada 3 hari pertengahan bulan (tahun Hijriyah), yaitu pada saat bulan purnama. Selain itu Rasulullah juga terbiasa melakukanbekam yaitu pengobatan secara Islam yang telah lama dikenal di dunia Islam yang bertujuan untuk mengeluarkan darah kotor yang belakangan ini dikenal dengan nama Detoxifikasi pada malam bulan purnama. Apa sesungguhnya hikmah dari semua ini? Tampaknya ini tugas bagi Ilmuwan Muslim untuk meneliti rahasia tersebut.

Read Full Post »

Manusia adalah mahluk Allah yang paling pandai. Itu adalah perbedaan yang paling mencolok antara manusia dan mahluk lain termasuk binatang. Meskipun struktur tubuh manusia tidak sebesar gajah, giginya tidak setajam gigi beruang ataupun gigi harimau dan larinyapun tidak secepat kancil, namun dengan akalnya manusia dapat melumpuhkan mereka dan juga mengalahkan mahluk-mahluk yang lain. Bahkan dibandingkan para malaikatpun manusia jauh lebih unggul dan pandai!

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”. Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini”………….”(QS.Al-Baqarah(2):31-33).

Pada umumnya nafsu atau kebutuhan manusia yang pertama kali harus dipenuhi adalah kebutuhan makan-minum, kebutuhan  tempat berlindung demi keamanan dirinya dan kemudian  kebutuhan seksual. Setelah hal ini terpenuhi, baru ia mulai mengfungsikan akalnya, bagaimana agar hidupnya lebih berkwalitas, agar lebih tenang, aman dan nyaman . Dan disebabkan sifat manusia yang selalu ingin mencari tahu, ia kemudian belajar dan mulai mengamati keadaan sekelilingnya. Ia ingin mengetahui siapa dirinya, siapa penciptanya, dari mana ia berasal, apa tujuan hidup ini dan kemana ia akan pergi setelah ia mati.

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.(QS.An-Nahl(16):78).

Sebagian   orang berpendapat bahwa  manusia  terdiri dari 2 unsur,  yaitu  jasmani  dan rohani/ruh/jiwa.  Atau  dengan kata lain     fisik/badan/materi dan  psikis/akal/pikiran.  Namun  sebagian  ada   yang berkeyakinan  bahwa  manusa bukan  terdiri  atas  2   unsur, melainkan   3  unsur   yaitu   jasmani,  rohani  dan  jiwa.  Yang jelas, bahkan para ahli kejiwaanpun kadang sering rancu memberikan   difinisi  antara   rohani  dan  jiwa  karena  keduanya sama-sama  non materi.  Al-Quran  memang tidak  memberikan definisi yang pasti tentang hal tersebut. Kadang ia dikatakan sebagai “An-Nafs” kadang “Ar-Ruh” dan ahli tafsir menterjemahkan kadang sebagai jiwa kadang sebagai ruh. Namun demikian sesuatu yang pasti bahwa  manusia tanpa jiwa adalah bagaikan robot sedangkan manusia tanpa jasmani tentu tidak dapat lagi dikategorikan sebagai manusia dan manusia tanpa ruh adalah mati.

Sebagai perbandingan mungkin kita dapat mengambil contoh mudah yang nyata yaitu sebuah pesawat televisi. Bentuk fisik televisi adalah jasad kita, program siaran yang dapat kita saksikan sehari-hari dan dapat diganti dan diperbarui sewaktu-waktu adalah akal atau jiwa sedangkan aliran listrik adalah ruh kita. Manusia dalam keadaan tidur adalah bagaikan pesawat televisi yang dimatikan, yang aliran listriknya tidak dicabut namun programnya tidak aktif, itulah sebabnya orang pada saat tidur tidak dapat menggunakan akalnya dan kesadarannyapun hilang. Dan ketika ia kembali terjaga, akal dan kesadarannyapun kembali. Sama halnya ketika kita kembali menghidupkan pesawat televisi dengan remote control, programpun kembali aktif dan kita dapat kembali menyaksikan program dan acaranya. Sedangkan manusia yang telah mati, yaitu manusia yang telah dicabut ruhnya adalah bagaikan televisi yang telah dicabut aliran listriknya sehingga otomatis programnya hilang, maka dengan demikian aktifitasnyapun terhenti.

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.(QS.Az-Zumar(39):42).

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, maka manusia merasa perlu mencari ilmu. Sungguh beruntung kita sebagai umat Islam, karena Allah SWT telah menurunkan kitab suci Al-Quranul Karim dan As-Sunnah yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan sempurna.

Secara umum, Islam mengajarkan bahwa sesungguhnya manusia selain terdiri dari jasmani, ruh dan akal, ia juga dibekali hati. Dengan jasmani dan akalnya ia memiliki kemampuan untuk mendengar dan melihat, sedang dengan hatinya ia mampu menilai dan merasakan apakah suatu perbuatan itu baik atau buruk dan dengan adanya ruh  ia hidup.

Hadist qudsi menyatakan: “Aku jadikan pada manusia itu ada istana (Qashr), didalam istana itu ada dada (Sadr) didalam sadr itu ada kalbu (Qalb), didalam Qalb itu ada Fu’ad, didalam Fu’ad itu ada Syaghr, didalam Syagr itu ada Lubb, didalam Lubb itu ada Sirr dan didalam Sirr itu ada Aku (Ana).”

Hadist qudsi ini menunjukkan bahwa Ana (Aku) adalah inti dari manusia. Ana didalam Hadist ini adalah Allah. Jadi inti manusia ialah sesuatu yang bersifat Ilahiyah, sesuatu yang bersih dan suci. Pada dasarnya semua manusia pada waktu dilahirkan ke muka bumi adalah suci; bersih, bebas dari segala sifat jahat dan kotor, bersih dari segala dosa. Itulah fitrah manusia.

Dari sebuah hadist : “Aku telah menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan hanif kemudian syaitan menggelincirkan mereka dari agama mereka”….”; Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda : “Tiada anak manusia yang dilahirkan kecuali dengan kecenderungan alamiahnya (fitrah). Maka orang-tuanyalah yang membuat anak manusia itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”.

Jadi fitrah manusia adalah bagaikan pelita yang bila dirawat dengan baik dapat memberikan cahaya kesekitarnya. Yang dapat memberikan kebaikan dan manfaat bagi manusia lain dan alam sekitarnya. Yang dapat memberikan kesejukan dan rasa aman bagi tetangganya. Hal ini dikarenakan cahaya Ilahi telah menembus hatinya. Tak seorangpun dapat mencegah cahaya Allah yang begitu indah dan terang ini kepada hati manusia. Dengan cahaya ini dibimbing-Nya siapa yang dikehendaki-Nya, yaitu siapapun yang mau menjaga hatinya agar tetap bersih dan jernih. Tidak ada buruk sangka dalam hatinya.

Namun demikian fitrah berke-Tuhanan Yang Esa ini sesungguhnya adalah kebutuhan manusia paling kecil yang ada dalam diri manusia. Fitrah terbesar adalah kebutuhan akan bernafas. Sebagai contoh manusia tidak mungkin dapat dihambat kebutuhan akan oksigennya kecuali beberapa menit bahkan beberapa detik saja. Sedangkan kebutuhan akan air sebagai minuman lebih besar daripada kebutuhan akan makanan. Itu sebabnya manusia lebih kuat menahan lapar daripada menahan haus. Selanjutnya adalah kebutuhan akan kasih-sayang dan kebutuhan hubungan seksual. Meskipun demikian kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dan harus dilatih dengan baik. Itulah perbedaan terbesar antara manusia dan hewan.

Sedangkan kebutuhan berke-Tuhanan Yang Esa adalah kebutuhan yang paling akhir, yaitu hingga ketika dalam sakratul maut. Oleh sebab itu tidak seorangpun manusia dapat menghindar dari kebutuhan tersebut. Namun kebutuhan yang dilontarkan pada detik-detik terakhir seperti ini tidak diterima oleh-Nya. Ini yang sesungguhnya terjadi pada Firaun.

” …; hingga bila Fir`aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.(QS.Yunus(10):90).

Kembali kepada hadits qudsi diatas. Bila di’analogi’kan dengan pengetahuan jiwa modern mungkin Qashr dapat disejajarkan dengan jasad, jasmani atau fisik sedangkan Sadr (dada) dan Qalb (hati) adalah jiwa atau psikis. Sedangkan lapisan-lapisan dibawah Qalb kita tidak memiliki pengetahuan apapun.

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (QS.Al-Israa’(17):85).

Oleh karena itulah, manusia hanya diberi kemampuan memahami hakikat manusia hanya sampai sebatas kalbu atau hati saja. Sedangkan pengetahuan mengenai ruh hanya sedikit sekali bahkan hanya meraba-raba atau sekedar menduga-duga. Untuk merawat dan memelihara inti sebagai sumber cahaya tidaklah mudah karena letaknya yang sangat dalam dan terlindungi. Oleh sebab itu segala penghalang yang menyelubungi lapisan-lapisan tersebut harus disingkap terlebih dahulu. Lapisan Sadr dan Qalb adalah tempat bercokolnya segala macam jenis penyakit seperti penyakit sombong, riya, benci, iri, dengki, buruk sangka dan sebagainya. Ini yang harus dibersihkan terlebih dahulu. Pada mulanya, hati adalah bersih. Namun dalam perjalanan hidupnya, lama-kelamaan ia menjadi terkotori dan tercemar. Dan hati yang terus dibiarkan kotor lama kelamaan akan menimbulkan penyakit.

Alkisah pada zaman Nabi Syuaib a.s datanglah seseorang dan berkata :

“Tuhan telah melihat semua perbuatan buruk yang aku lakukan.Tetapi karena kasih-sayang Nya, ia tidak menghukumku”. Tuhan kemudian berkata kepada Syuaib melalui Jibril: ”Jawablah dia.”.“Kamu berkata Tuhan tidak menghukummu. Sebaliknyalah yang terjadi. Tuhan telah menjatuhkan hukuman, tetapi kamu tidak menyadarinya. Kamu sudah berputar-putar tanpa arah di rimba belantara.Tangan dan kakimu terbelenggu. Kamu adalah poci yang menumpuk karat. Makin lama kamu makin buta dari hal-hal ruhaniah. Ketika asap menjilati poci tembaga yang baru,orang akan segera melihat bekasnya. Tetapi dengan permukaan segelap kamu, siapa yang tahu kapan ia menjadi lebih hitam. Di kala kau berhenti takafur, tumpukan karat menembus masuk ke cermin jiwamu. Tak ada lagi gemerlap didalamnya. Jika kamu menulis diatas selembar kertas baru, tulisanmu terbaca jelas. Jika kamu terus-menerus mencoreti kertas yang sama, tulisanmu tak akan terbaca . Tenggelamkan dirimu dalam asam yang membersihkan tembaga . Kikis habis noda-noda hitammu”.

Sebaliknya ketika Sadr dan Qalb telah bebas dari segala macam penyakit, bebas dari segala prasangka buruk, hatipun kembali seperti sedia kala, menjadi bersih dan bening. Dengan demikian maka iman akan dengan sangat mudah masuk ke dalam hati. Dan ketika iman telah tertanam dengan sangat kuat di dalam hati (Qalb) maka inti akan menampakkan cahayanya, ia akan mampu menembus seluruh lapisan yang menyelimutinya. Maka prilaku mulianyapun akan muncul ke permukaan hingga ke lapisan terluar yaitu Qashr atau fisik manusia, karena disamping sifat-sifat buruk tersebut manusia memang dianugerahi berbagai sifat baik, yaitu sifat Ilahiah.

“Orang-orang Arab Badwi itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah (kepada mereka): “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: “Kami telah tunduk”, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu………”.(QS.Al-Hujurat(49):14).

“……yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: “Kami telah beriman”, padahalhati mereka belum beriman;……”(QS.Al-Maidah(5):41).

Dalam hadis qudsi dikatakan : “Bumi dan langit-Ku tidak dapat memuat-Ku. Tetapi hati hamba-Ku yang berimanlah, yang lemah-lembut, yang dapat memuat-Ku”.

Allah SWT memberikan kebebasan bagi manusia untuk memilih; bertakwa dengan membersihkan diri atau sebaliknya membantah dengan mengotorinya.

“dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kedurhakaan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (QS.Asy-Syams (91):7-10).

Al-Ghazali dalam tulisannya yang berjudul “Mutiara Ihya Ulumuddin’ mengatakan bahwa Rasulullah pernah bersabda : “Hati ada empat, yaitu : Hati yang bersih, didalamnya ada pelita yang bersinar; itulah hati orang Mukmin. Hati yang hitam dan terbalik; itulah hati orang kafir. Hati yang tertutup dan tutupnya terikat, itulah hati orang munafik. Dan hati yang dilapis, didalamnya terdapat keimanan dan kemunafikan. Keimanannya ibarat sayuran yang menjadi panjang dengan disiram air yang baik dan perumpamaan kemunafikannya adalah seperti luka bernanah yang dipenuhi nanah. Mana saja dari keduanya yang lebih dominan, maka ialah yang memerintah”.

Allah SWT menganugerahi manusia berbagai nafsu; ada nafsu makan dan minum, nafsu syahwat, nafsu mencapai keberhasilan, nafsu mencari tahu dan mencari ilmu, dan nafsu-nafsu lain. Nafsu atau juga kemauan dan kebutuhan ini dapat bersifat kebaikan namun sebaliknya juga bisa bersifat keburukan.

Kebutuhan ini bila karena suatu hal tidak terpenuhi atau terhambat akan mengakibatkan timbulnya suatu reaksi emosi alamiah yang bersifta negatif. Emosi negatif ini bermacam- macam, ada emosi marah, kecewa, takut, ragu, benci dan juga cemas. Namun emosi negatif ini sesungguhnya diperlukan agar seseorang terdorong untuk melawan dan berjuang mengatasi hambatan yang merintangi terpenuhinya kebutuhan/ keinginan tersebut. Tingkat emosi negatif seseorang dapat diukur berdasarkan tingkat kebutuhan yang terhambat dan tujuannya dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Jika emosi negatif itu terjadi pada saat adanya hambatan yang menghalangi tercapainya suatu tujuan utama kehidupan maka reaksi tersebut adalah reaksi yang mulia bahkan merupakan suatu keharusan.

Rasulullah menganjurkan kepada para sahabat untuk menahan diri dari rasa marah dan saling memaafkan. Seseorang yang dapat menguasai rasa marah akan menemukan nilai kehidupan tertinggi. Nilai kehidupan ini sepadan dengan“jihad spiritual ”. Maka siapapun yang berhasil dalam jihad ini maka ia akan mampu menguasai diri dari nafsu dan segala godaan dunia yang mengepungnya. Abu Dzaarr RA meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda :” Jika salah seorang diantara kalian marah dan ia dalam posisi berdiri, maka hendaknya ia segera duduk, makakemarahannya akan hilang. Namun jika kemarahan itu tidak reda, maka hendaknya ia berbaring”.

Rasulullah juga menganjurkan para sahabat agar berwudhu’ untuk mengendalikan emosi kemarahan. Diriwayatkan dari Urwah bin Muhammad as-Sa’di RA, Rasulullah bersabda : “Marah itu berasal dari setan, setan itu diciptakan dari api. Adapun api dapat dipadamkan dengan air, maka jika seseorang diantara kalian marah, hendaknya segeraberwudhu’.

Hadis ini menguatkan kebenaran ilmu kedokteran yang menyatakan bahwa air dingin dapat meredakan tekanan darah karena emosi, sebagaimana air dapat meredakan ketegangan otot dan syaraf. Oleh karena itu, mandi dapat dijadikan penawar untuk mengobati penyakit kejiwaan. Disamping itu, Rasulullah juga terbiasa menganjurkan para sahabat yang sedang dikuasai rasa amarah untuk mengalihkan perhatian pada aktifitas lain yang memungkinkan seseorang lupa akan rasa amarahnya ataupun merasa lelah sehingga ia tidak lagi memiliki tenaga untuk melampiaskan kemarahannya.

Sebaliknya bila suatu kebutuhan dapat terpenuhi maka akan muncul emosi atau rasa puas, senang dan gembira. Sama halnya dengan emosi negatif, emosi positif inipun tidak boleh dibiarkan terlalu berkuasa, ia tetap perlu dikendalikan. Karena seseorang yang dalam kondisi emosi yang berlebihan dapat mengakibatkan daya pikir menjadi melemah.

Oleh karena itu Rasulullah melarang orang dalam kondisi seperti itu untuk memutuskan suatu perkara (hukum). Dari Abu Bakar RA, ia mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah bersabda: “Janganlah seseorang diantara kalian menentukan suatu hukum pada kedua pihak yang sedang berselisih dalam keadaan marah”. Begitu pula dengan emosi cinta. Dari Abu Darda RA: “Kecintaanmu terhadap sesuatu dapat menyebabkan kamu buta dan tuli”.

Oleh sebab itu Allah SWT membekali diri manusia selain hati juga akal. Dengan akal dan hati yang bersih nafsu dapat dikendalikan dan diarahkan, agar ia tidak bersifat merusak. Abu Dzarr RA meriwayatkan, Rasulullah bersabda :”Makanlah, minumlah, berpakaianlah dan bersedekahlah dengan tidak berlebihan dan sombong”.

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.(QS.Al-Furqon(25):67).

“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnyanerakalah tempat tinggal (nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya)”.(QS.An-Naziat(79))37-41).

Abdullah bin Mas’ud RA berkata bahwa Rasulullah pernah bersabda: “Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian yang sudah mampu mencukupi untuk hidup, maka nikahlah! Karena nikah itu dapat menutup mata dan menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa karena puasa itu merupakan benteng bagi dirinya”.

Ilmu Psikologi Barat Psikoanalisa yang diprakasai oleh Sigmund Freud dan kawan-kawan mengajarkan bahwa nafsu syahwat adalah suatu emosi yang harus disalurkan yang bila terhambat dapat mengakibatkan suatu penyakit. Ajaran ini sebenarnya berdasarkan pengalaman Kristen masa lalu yang menganggap bahwa nafu syahwat adalah nafsu setan yang harus dihancurkan sehingga sebagai akibat dari pelarangan tersebut ditemukan banyak penderita kelainan syaraf. Pendapat inilah  sesungguhnya yang pada akhirnya melahirkan budaya ’kumpul kebo’ di dunia Barat, yaitu hubungan seksual tanpa ikatan perkawinan. Tidak demikian dengan Islam, Islam mengajarkan nafsu syahwat adalah nafsu alamiah yang bila disalurkan melalui suatu perkawinan yang diridhoi Allah SWT justru akan mampu melahirkan emosi cinta dan rasa kasih sayang yang suci.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.(QS.Ar-Ruum(30):21).

Namun sebaliknya bila seseorang belum mampu membina suatu perkawinan maka wajib baginya menahan nafsu syahwatnya, diantaranya yaitu dengan berpuasa. Karena dengan berpuasa seseorang akan termotivasi untuk selalu menahan diri dari hal-hal yang dilarang Sang Pencipta.

“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri) nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya”.(QS.An-Nuur(24):33).

Islam begitu menghormati hubungan antara laki-laki dan perempuan, termasuk hubungan seksual. Laki-laki dan perempuan adalah mahluk Allah yang paling tinggi derajatnya. Mereka tidak sama dengan binatang yang bebas tanpa aturan dapat menyalurkan nafsu birahi mereka. Tidak demikian dengan manusia. Adalah fitrah manusia bahwa Allah swt menciptakan ketertarikan antara dua jenis kelamin berlainan ini. Namun untuk memagari agar ketertarikan tersebut tetap dalam bingkai yang terjaga baik, Allah memerintahkan agar keduanya menutup bagian yang dapat memancing nafsu lawan jenisnya. Dimulai  dari menahan pandangan, tidak menampakkan perhiasan, menutup aurat hingga menjaga kesuciannya, yaitu memelihara kemaluannya dari perbuatan yang tidak terhormat, yaitu perzinahan.

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, danmemelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, ……”.(QS.An-Nuur(24):30-31).

“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu”.(QS.Al-Ahzab(33:59).

Dengan demikian jelas bahwa nafsu syahwat tidak untuk dihancurkan maupun dibinasakan, yang terpenting manusia harus mampu mengatur pemenuhan dan pengendaliannya. Tidak berdosa bagi manusia untuk menikmatinya selama dengan cara halal dan memenuhi syariat yang ditentukan-Nya.

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”.(QS.An-Nisa’(4):3).

Ayat diatas bukan anjuran agar seorang mukmin berpoligami. Ayat ini sebenarnya kelanjutan dari ayat sebelumnya yang bila diperhatikan dengan lebih seksama akan memberikan pengertian lain.

“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar”.(QS.An-Nisaa(4):2).

Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud serta At-Turmuzy meriwayatkan bahwa Urwah ibn Zubair bertanya kepada Aisyah ra mengenai ayat tersebut diatas. Aisyah menjawab bahwa ayat tersebut berkaitan dengan anak yatim yang berada dalam pengawasan seorang wali, dimana hartanya bergabung dengan sang wali. Kemudian karena tertarik akan kecantikan dan terutama karena hartanya, sang wali bermaksud mengawininya dengan tujuan agar ia dapat menguasai hartanya. Ia juga bermaksud tidak memberikan mahar yang sesuai. Aisyah kemudian melanjutkan penjelasannya bahwa setelah itu beberapa sahabat bertanya kepada rasulullah saw mengenai perempuan. Maka turunlah ayat 127 surat An-Nisaa sebagai berikut:

“Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang para wanita. Katakanlah: “Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al Qur’an (juga memfatwakan) tentang para wanita yatim yang kamu tidak memberikan kepada mereka apa yang ditetapkan untuk mereka, sedang kamu ingin mengawini mereka dan tentang anak-anak yang masih dipandang lemah. Dan (Allah menyuruh kamu)supaya kamu mengurus anak-anak yatim secara adil. ……..”.

Perlu diketahui, pada waktu ayat ini diturunkan, dalam tradisi Arab Jahiliah, para wali anak yatim sering mengawini anak asuhnya disebabkan tertarik akan harta dan kecantikannya, namun bila si anak yatim tidak cantik ia menghalangi lelaki lain mengawini mereka karena khawatir harta mereka terlepas dari tangan para wali. Karena itulah Allah berfirman “jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya)”, (kamu dalam ayat ini maksudnya ditujukan kepada para wali anak yatim),” maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat….”

Allah swt memberikan batasan maksimal empat istri karena pada waktu itu (tidak hanya dunia Arab namun juga Eropa termasuk Romawi dan Yunani) hampir sebagian besar lelaki memiliki istri yang tidak terbatas. Namun Ia menegaskan bahwa satu adalah lebih baik bila seorang suami khawatir tidak dapat berbuat adil terhadap mereka. Karena tanggung-jawab seorang suami selain harus menanggung hidup istrinya juga harus mampu mengayomi, membahagiakan serta mendidiknya menjadi wanita shalehah. Dan kelak ia harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya.

Jadi tidak benar jika ada yang menyatakan bahwa Islamlah yang mengajarkan praktek Poligami. Islam  hanya mengaturnya.

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telahmenafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta`at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)”. (QS.An-Nisaa(4):34).

Setiap manusia adalah pemimpin, minimal bagi dirinya sendiri. Dan bagi seorang lelaki setelah ia menikah ia adalah pemimpin bagi keluarganya. Salah satu tugas utama seorang suami adalah bekerja dan menafkahi istri dan keluarganya. Hal ini pula yang menyebabkan mengapa hukum waris Islam menyatakan bahwa bagian antara anak lelaki dan perempuan adalah 2 banding 1.

“Allah mensyari`atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan; ………Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.(QS.An-Nisa’(4):11).

Namun ini tidak berarti bahwa Allah SWT membeda-bedakan laki-laki dan perempuan, karena dimata Allah hanya ketakwaannyalah yang membedakan mereka. Karena sebuah keluarga idaman adalah bagaikan sebuah perahu kecil dengan satu tujuan yang pasti yang untuk itu diperlukan hanya satu nakhoda. Meskipun demikian mereka harus bekerja-sama, saling sayang-menyayangi, saling membantu dan saling mengingatkan. Perumpamaan mereka bagaikan dinding suatu bangunan yang mana bila diangkat salah satu batu batanya maka ambruklah seluruh bangunan tersebut.

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mu’min lelaki dan perempuan, (akan mendapat) syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di syurga`Adn. …….”.(QS.At-Taubah(9):71-72).

Disamping itu Sang Khalik juga amat memahami bahwa manusia membutuhkan teman dan kawan dalam mengarungi hidupnya karena manusia adalah juga mahluk sosial. Oleh karenanya manusia cenderung selalu berkelompok dan membentuk masyarakat agar lebih memudahkan hidup mereka. Dan memang salah satu diantara keuntungan menjaga nafsu serta emosi adalah agar hubungan silaturahmi antara sesama manusia dapat terjaga dengan baik. Agar dapat saling menghormati dan menghargai pendapat orang lain hingga timbul rasa kasih-sayang dan keadilan. Itulah fungsi hati.

Read Full Post »

Dewasa ini dapat kita amati dengan jelas, ilmu pengetahuan dan sains telah berkembang dengan begitu pesatnya. Para ilmuwan dari berbagai negara berlomba-lomba mendapatkan kemenangan dan kemuliaan dalam bidang ini. Mereka adu cepat membuka tabir rahasia alam dan berusaha menaklukannya. Maka temuan demi temuanpun terus bermuncullan dan seringkali temuan tersebut sesuai dengan ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan 14 abad silam! Ini makin membuktikan bahwa Al-Quran adalah kitab yang memang datang dari Sang Pemilik Alam Semesta, Allah Azza wa Jalla.

Temuan terbaru sains barat  mengatakan bahwa jagat raya kita ini adalah salah satu dari jagat raya yang jumlahnya tak terbatas. Menurut Teori Relativitas Umum Einstein, “Black Hole“ atau lubang hitam yang telah kita kenal selama ini, bisa jadi adalah merupakan “pintu” menuju pintu jagat raya lain dan semua yang tersedot olehnya akan lewat dan memasuki daerah  “external ” ruang waktu, ruang yang memiliki waktu yang sama sekali berbeda dengan waktu yang kita miliki di ruang yang kita diami ini. Uniknya, tak ada satupun benda atau materi apapun yang dapat kembali atau keluar lagi  dari  daerah  ‘external’ ini  bila  ia  telah  masuk atau sampai ke jagat raya lain tersebut. Lorong yang menghubungkan ruang antar jagat raya ini dinamai  “Worm Hole” atau lubang cacing. Dalam suatu riwayat, Ibnu Katsir pernah berkata bahwa langit terdiri atas  7 tingkatan. Luas setiap langitnya seluas langit dan bumi sementara diantara langit satu ke langit yang lain terdapat ruang hampa!  Pertanyaannya, mungkinkah ada kehidupan di alam ‘external’ tersebut?

“ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS.Al-Baqarah(2):30).

Gbr 1.Ilustrasi  Jagat Raya dengan galaksinya ( The Universe ).

Dari ayat diatas mungkinkah apa yang dipertanyakan para malaikat menandakan bahwa sebelum kita diciptakan, Allah SWT telah menciptakan khalifah yang telah terbukti membuat kerusakan dan membuat pertumpah darah? Sebagian besar alim ulama mengatakan ‘tidak’ namun ada pula sebagian yang mengatakan ‘ya’. Maka bila ‘ya’ siapakah mereka dan  di bumi yang manakah mereka itu hidup?

Pada tahun 2001 sebuah pesawat luar angkasa yang diberi nama ‘Mars Odyssey’ mengorbit di orbit Mars selama 3 tahun untuk melakukan analisa keadaan planet tersebut dengan harapan ada kesesuaian dengan keadaan planet bumi sehingga manusia dapat menempati planet Mars. Kesimpulannya, ditemukan tanda-tanda bahwa  kira-kira 4 milyar tahun yang lalu di planet tersebut pernah terjadi erosi atau mungkin banjir besar hingga kemudian terbentuklah sejenis  danau atau laut. Meski demikian para ilmuwan tidak atau belum melihat  adanya tanda-tanda suatu kehidupan.

Ibnu  Katsir  dalam  tafsirnya berpendapat bahwa sesungguhnya yang dimaksud ‘orang/mahluk’ yang telah berbuat kerusakan di muka bumi sebelum diciptakannya Adam as adalah mahluk dari jenis jin!

“ (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu”.(QS.Al-Jin(72):26).

Para ilmuwan juga berpendapat bahwa  berdasarkan ilmu pengetahuan sains dan perhitungan yang mereka pelajari, pada saatnya nanti jagat raya ini dengan pasti akan menuju kehancurannya dan tak satupun yang akan tersisa. Namun dalam waktu yang teramat sangat sangat lama, hitungannya hingga ratusan juta tahunan! Sebaliknya para ilmuwan saat ini tidak dapat menjelaskan secara pasti apa yang menyebabkan seperempat abad terakhir ini, siklus matahari yang berdasarkan perhitungan seharusnya mengakibatkan  suhu bumi menjadi lebih dingin, namun yang terjadi justru sebaliknya.

Untuk sementara sebagian dari mereka berpendapat bahwa hal tersebut disebabkan oleh adanya “efek rumah kaca”. Hal inilah yang menjadi penyebab pemanasan global yang terjadi saat ini. Dan hal tersebut jelas akibat ulah manusia yang secara berlebihan dan tidak bertanggung-jawab meng’exploitasi’ alam. Celakanya, dampak dari pemanasan global ini sangat berbahaya. Berbagai bencana akan timbul dimana-mana, tidak hanya banjir bandang, badai ,  kekeringan serta  resiko hilangnya sebagian daratan sepanjang pantai saja namun juga wabah kelaparan karena terjadinya perubahan dan terganggunya iklim yang tidak beraturan dapat menyebabkan kacaunya hasil panen! Akankah ini akhir dari umur dunia tempat tinggal yang amat kita cintai ini ? Wallahu’alam.

Menurut pendapat penulis, kita sebagai umat Muslim, sebaiknya kita tidak begitu saja menelan mentah-mentah temuan-temuan sains tersebut namun juga tidak langsung secara semerta-merta menolaknya. Sebaiknya kita kembalikan semua itu kepada  Al-Qur’an, karena memang Dialah Sang Pencipta, Yang Menguasai Segala Ilmu, Dia Maha Mampu Berbuat SekehendakNya. Selama ilmu dan temuan tersebut tidak bertentangan dengan Al-Quran maupun As-Sunnah tentu tidak menjadi masalah. Karena sesungguhnya Allah swt sangat menghargai mahluk-Nya yang mau merenungkan dan memikirkan segala apa yang telah diciptakan-Nya.

Sabda Rasulullah : “Jika seorang hakim berijtihad kemudian ijtihadnya ternyata benar, maka baginya dua pahala, Jika ia menghukumi kemudian ijtihadnya ternyata salah, maka baginya satu pahala”.

Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.(QS.At-Taubah(9):122).

Pengertian tentang pengetahuan agama diatas adalah termasuk pengetahuan yang mempelajari alam semesta karena itu semua adalah ciptaan-Nya. Karena sesungguhnya Dia menjadikan segala  yang ada ini dengan hikmah tertentu. Jadi alangkah baiknya bila kita juga menyimak pendapat para ilmuwan Muslim untuk mengimbangi gagasan  barat tersebut Karena seharusnya apapun ilmu yang kita peroleh baik itu ilmu pengetahuan sains maupun bukan akan membuat kita lebih mengenal dan mencintai-Nya. Temuan-temuan sains yang begitu canggih mustinya membuat kita makin terpana, berdecak penuh kekaguman akan Kehendak dan Kekuasaan-Nya, yang membuat kita makin menyadari betapa kecil dan tidak berartinya kita dihadapan-Nya. Apalagi bila temuan tersebut dapat memberikan manfaat yang banyak kepada manusia. Allah swt menciptakan alam semesta beserta isinya termasuk manusia tidaklah secara kebetulan. Ia ciptakan semua ini dengan aturan dan ukuran yang sungguh serba rumit dan teliti namun serba tepat  serta cermat dan pas.

“…. dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya”.(QS.Al-Furqon(25):2).

Dan Ia tidak segan untuk memperlihatkan aturan yang sungguh rumit tersebut kepada yang berakal dan mau mempelajarinya.

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?”(QS.Al-Fushshilat (41):53).

Hal ini tak lain untuk memperlihatkan Keberadaan-Nya karena hanya dengan izin-Nya jua rahasia-rahasia itu terkuak yang dengan demikian sebagai akibatnya seharusnya akan membuat kita lebih mensyukuri nikmat yang begitu banyak yang telah dianugerahkan-Nya kepada manusia. Hingga pada akhirnya akan menjadikan  kita manusia-manusia  yang bertakwa, yang penuh keridhoan melaksanakan perintah dan menjauhi  larangan-Nya.

Sejumlah ilmuwan Muslim berpendapat bahwa jagat raya yang dikatakan dengan pasti akan menuju kehancuran namun dalam waktu yang sangat amat lama tersebut adalah kehancuran jagat raya secara keseluruhannya, jagat raya yang diperkirakan terdiri dari  300 milyar galaksi dimana masing-masing galaksinya terdiri pula atas 300 milyar bintang / matahari!  Karena sebagaimana kita ketahui dan yakini bahwa yang kekal untuk selamanya hanyalah Allah SWT sedangkan  yang selain-Nya pasti hancur. Sedangkan hari kiamat yang dimaksudkan dalam Al-Quranul Karim kemungkinan adalah ‘hanya’ kehancuran galaksi kita, Bima Sakti, dimana bumi sebagai tempat tinggal kita ini berada didalamnya. Jadi termasuk didalamnya adalah matahari dan ke 9 planet yang telah kita kenal selama ini. Wallahu’alam.

Pendapat  tersebut  berdasarkan  ayat berikut:

“ Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih). Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki. Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya”.(QS.Huud(11):106-108).

Jadi menurut pendapat mereka, ketika seseorang menjalani kehidupan di neraka maupun di  surga, langit dan bumi itu masih ada, terkecuali tentu saja bila Allah SWT menghendaki lain. Pertanyaannya langit dan bumi yang manakah itu ? Mungkinkah yang dimaksud ‘ bumi dan langit ‘ pada ayat diatas adalah jagat raya – jagat raya selain jagat raya kita dimana galaksi kita, yaitu Bima Sakti termasuk didalamnya? Suatu alam yang hanya mungkin diterobos melalui lorong-lorong ‘Worm Hole”, yang memiliki dimensi waktu yang samasekali berbeda dengan jagat raya kita, yang tidak mungkin bagi siapapun yang melewatinya untuk dapat kembali lagi?  Mungkinkah  ini yang dimaksud alam akhirat ? Wallahu’alam.

Disamping itu bukankah Al-Quran juga telah berulang kali menyatakan bahwa perhitungan waktu di dunia tidak sama dengan perhitungan waktu di akhirat ? Bukankah  waktu menurut perhitungan manusia tak sama dengan perhitungan waktu-Nya? Dan juga seseorang yang telah mati mustahil baginya untuk kembali ke dunia, kecuali tentu saja bila Allah menghendaki.

“ Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu”. (QS.As-Sajjdah(32):5).

“ Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun”.   (QS.Al-Maarij(70):4).

Simak pula pernyataan para pemuda penghuni Gua yang telah “ditidurkan”Nya  selama lebih dari 300 tahun  berikut:

“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: “Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?)” Mereka menjawab: “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari“….(QS.Al-Kahfi(18):19).“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)”.(QS.Al-Kahfi(18):25).

Namun apapun pendapat dan gagasan para ilmuwan, baik ilmuwan Barat maupun ilmuwan Muslim,  yang penting kita sadari, untuk menentukan sebuah temuan ilmiah diperlukan ilmu yang tidak mudah dan waktu yang sangat lama namun ternyata Al-Quran yang diturunkan lebih 14 abad yang lampau telah meng-identifikasikannya. Pertanyaannya dari mana Al-Quran mengetahui hal-hal  tersebut? Lalu masihkah pantas bila kita masih saja malas dan enggan mempelajari ayat-ayat tersebut atau bahkan mungkin malah masih meragukan ke-orisinil-an kitab suci tersebut?

Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin(Jibril) ke dalam hatimu(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas. Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar (tersebut) dalam Kitab-Kitab orang yang dahulu”.(QS Asy Syu`araa` (26):192-196).

Namun demikian mempelajari Al-Quran memang tidak mudah. Al-Quran adalah bagaikan intan berlian yang dapat menimbulkan pandangan dan persepsi yang beragam tergantung dari sudut mana seseorang melihat dan mengartikannya. Ia bagaikan sebuah berlian yang makin digosok dan diteliti makin memantulkan sinarnya yang begitu indah dan sempurna. Yang kesemuanya itu akan kembali hanya kepada satu, yaitu ke-Besar-an dan ke-Agung-anNya. Itulah  rahmat Allah SWT yang harus  kita syukuri.

Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”.(QS.Al-Israa’(17):82).

Uniknya, Al-Quran adalah rahmat hanya bagi orang-orang yang beriman, tidak bagi orang-orang yang zalim bahkan hanya kerugian saja bagi mereka yang enggan mengimani-Nya dan cenderung  gemar berburuk sangka dan  menuruti hawa nafsu negatifnya.

Yang juga penting diingat, mempelajari ilmu Pengetahuan dan Sains adalah sangat terpuji dan ini adalah hak kita sebagai manusia apalagi bila ilmu tersebut  kemudian dapat memberi manfaat yang banyak serta dapat menjadikan kita lebih mencintai-Nya, jadi bukan sekedar pemenuhan rasa keingin-tahuan semata. Namun  jangan dilupakan  bahwa  tugas maupun amanah yang dibebankan kepada kita sebagai khalifah hanya sebatas umur kita dan hanya terhadap bumi dimana kita tinggal saja. Bukankah dalam ayat-ayatNya Allah SWT berulang-kali mengatakan bahwa kehidupan manusia di dunia ini hanya bagaikan permainan belaka? The True Game….

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”.(QS.Al-Hadiidf(57):20).

Disamping itu bukankah untuk membuktikan kebenaran sebuah ayat terutama yang berhubungan dengan Sains diperlukan waktu yang jauh lebih panjang dari umur kita sendiri? Dengan kata lain, bila untuk meng-imani bahwa Al-Quran itu adalah benar dari sisiNya kita ingin menunggu bukti-bukti ilmiah, sudah pasti  akan  terlambat.

Gbr.2.Ilustrasi kedudukan Matahari di dalam galaksi Bima Sakti (Milky Way). Anak panah menunjukkan letak Matahari.

Oleh karenanya selagi masih ada waktu dan umur mari kita bersihkan diri kita ini dari segala prasangka buruk, bersihkan hati serta akal dan mari kita pelajari ayat-ayat Al-Quran, kita pahami dan kemudian kita amalkan ayat-ayat tersebut agar rahmat-Nya selalu mengiringi kita. Kita telah ditakdirkan-Nya sebagai pemimpin / khalifah bumi maka sudah seyogyanya bila  kita tidak menyia-nyiakan amanah tersebut diumur yang terbatas ini sehingga kita tidak termasuk kedalam golongan hamba-Nya yang menyesal dan merugi.

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan”. (QS. Al-Mukminun(23):99-100).

Read Full Post »

Manusia dibekali akal untuk berpikir. Dengan akalnya ini manusia akan berhasil membuka tabir dan rahasia kehidupannya bila hak ini ia pergunakan semaksimal mungkin. Dengan mengambil dan memanfaatkan haknya ini pulalah seseorang akan mengerti mengapa ia harus melaksanakan kewajiban-kewajibannya dan dengan demikian iapun akan mengerti dan memahami tugasnya sebagai seorang khalifah bumi.

“Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir ”. (QS.Al-Hasyr(59):21).

Rupanya telah menjadi takdir bahwa manusialah yang memegang tugas tertinggi dan termulia di muka bumi ini yaitu sebagai khalifah bumi. Namun jangan lupa tugas seorang khalifah adalah tugas yang amat berat, terbukti bahwa mahluk lain yang sebelumnya juga telah ditawari jabatan tersebut menolaknya.

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”.(QS Al-Ahzab (33):72).

Amanat yang dimaksud dalam ayat diatas adalah amanat untuk bertakwa kepada Allah SWT, yaitu amanat atau tugas untuk menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dan sebagai imbalannya bila manusia melaksanakan perintah dengan baik maka bagi mereka kedudukan yang mulia baik di dunia maupun akhirat kelak yaitu surga sebaliknya bila manusia lalai maka tempat kembali mereka adalah neraka jahanam dan di duniapun hidup mereka tidaklah nyaman.

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya”. (QS. Ath-Thalaq(65):(2-3).

Dan sebagai konsekwensi atas diterimanya amanat tersebut maka seluruh manusia, yaitu anak-cucu Adam dan seluruh keturunannya, mulai dari zaman awal penciptaan hingga akhir zaman nanti tanpa kecuali, wajib melaksanakan amanat tersebut. Dan karena amanat ini selain berat juga sulit, maka Allah SWT mengatakan bahwa manusia sesungguhnya bodoh karena mau menerima amanat tersebut.

Untuk mengetahui apakah amanat tersebut, apa saja perintah dan larangan yang dimaksudkan akan menuju ketakwaan kepada-Nya itu maka sebaiknya kita terlebih dahulu memahami hak dan kewajiban kita sebagai manusia. Sebenarnya memang agak sulit untuk memisah dan memilah antara hak, kewajiban dan tugas tersebut. Namun demi mempermudah gambaran suatu tugas dan amanat yang amat berat ini, penulis berupaya untuk mengelompokkan tugas, hak dan kewajiban manusia sebagai berikut, semoga Allah SWT meridhoi upaya ini.

Hak adalah segala sesuatu yang bila dikerjakan akan memberi keuntungan bagi si pelaku namun bila tidak ia lakukan maka dirinya sendirilah yang akan merugi, namun walaupun begitu tidak ada paksaan dan sanksi baginya. Sebaliknya kewajiban, adalah segala sesuatu yang harus ia laksanakan yang bila tidak dilakukan ia akan menerima sanksi atau hukuman dari si pemberi kewajiban. Sebagai akibat dari terpenuhinya hak dan kewajiban, seseorang diharapkan mampu melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya, yaitu tugas kekhalifahan. Disini penulis membagi hak, kewajiban dan tugas sebagai berikut :

Hak dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu:

–     Hak mengenal diri.

–     Hak mengenal Sang Maha Pencipta melalui ayat-ayat yang tersebar dialam semesta ( ayat Kauniyah).

–     Hak mengenal Sang Maha Pencipta melalui Al-Quran ( ayat Kauliyah) dan As-Sunnah.

–     Hak mengenal Sang Maha Pencipta melalui Asma dan Sifat-SifatNya.

–     Hak mengenal Sang Maha Pencipta melalui pribadi Rasulullah, Muhammad SAW.

Kewajiban terbagi atas 2 kelompok:

–     Meyakini Rukun Iman dan

–     Menjalankan Rukun Islam.

Dan tugas manusia dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

–     Menjaga hubungan dengan Sang Khalik.

–     Menjaga hubungan antar sesama manusia.

–     Menjaga kelestarian alam.

Pengelompokkan diatas tentu saja tidak baku. Ini hanyalah  salah satu cara untuk memotivasi kita dalam  melaksanakan ketakwaan. Agar kita menyadari bahwa sesungguhnya segala perintah dan larangan Allah swt itu adalah demi kepentingan diri kita sendiri juga. Allah Azza wa Jalla tidak sedikitpun memiliki kebutuhan ataupun ketergantungan atas apa yang dikerjakan manusia. Allah hanya berjanji bahwa  bila hak, kewajiban dan tugas manusia dapat dipenuhi dengan baik maka ridho’ Allah akan selalu menyertai kita.

Dan dengan adanya ridho ini maka para malaikat kemudian  seluruh penduduk langit dan bumi  dan apa yang ada di alam semesta ini akan ridho’ pula kepada kita. Maka dengan demikian terbukalah semua pintu-pintu kemudahan di dunia. Itulah balasan Allah di muka bumi sedangkan balasan di akhirat nanti adalah jannah, surga yang dipenuhi taman-taman, yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Tentram kita di dalamnya.

Dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah saw, beliau bersabda : ” Jika Allah mencintai hamba-Nya, Allah akan memanggil Jibril. Sesungguhnya Allah mencintai seseorang maka cintailah orang tersebut. Maka Jibrilpun mencintainya. Lalu Jibril memanggil penduduk langit. Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan maka seluruh penduduk langit mencintai si Fulan. Kemudian baginya dihamparkan penerimaan di  bumi”. ( HR Bukhari  dan Muslim).

 

Read Full Post »

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. (QS.Al-An-Nahl(16):90).

Harus diakui manusia adalah bagian kecil dari jagat raya ini. Ia adalah awak kapal angkasa bernama Bumi yang melaju sepanjang tahun mengelilingi Matahari dengan kecepatan 107.275 kilometer perjam! Selama 4.5 milyar tahun jagat raya telah menunjukkan kepatuhannya terhadap sistim yang diciptakan Sang Maha Kuasa yang Maha Cerdas, Dialah Allah Azza wa Jalla. Dan kita tahu tak satupun diantara anggota yang berada di jagat tersebut berusaha melawan dan keluar dari aturan-aturan tersebut. Tampaknya hanya manusia satu-satunya anggota yang ingin melepaskan diri dari keterikatan tersebut. Hal ini dapat dipahami karena Allah SWT memang mengizinkannya. Manusia memang diciptakan sebagai mahluk bebas, sebagai pemimpin, sebagai khalifah walaupun hanya sebatas di muka bumi.

Tidak seperti mahluk atau benda langit seperti matahari, bulan, bintang maupun mahluk bumi lain seperti tumbuhan dan binatang, manusia diberi kebebasan untuk memilih, yaitu bertakwa atau menentang. Bila manusia memilih untuk bertakwa maka atas izin Allah SWT bumi dan seluruh isinya akan berada dalam ketenangan, keadilan dam kemakmurannya. Sebuah keadilan yang hakiki, yang berlaku bagi seluruh umat manusia apapun warna kulitnya, status ekonominya, laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun dewasa. Demikian pula flora dan faunanya. Dan bila Allah menghendaki ia akan tetap menjadi bagian dari simphoni zikir jagat raya yang telah dan akan meneruskan perjalanannya yang berdasarkan pengamatan para astronom, bersama milyaran matahari dan planet-planetnya sedang menuju Konstelasi Lyra dan akan menggenapi revolusi mengelilingi pusat Galaksi dalam tempo 200-250 juta tahun! Wallahu’alam.

Sebaliknya bila manusia memilih menentang aturan-Nya dan memutuskan untuk keluar dari sistim yang diciptakan-Nya maka bumi beserta isinyapun akan terlepas dari sistim tersebut. Bumi dan seluruh isinya akan mengalami kehancuran dan porak poranda. Dan manusia dengan segera harus mempertanggung-jawabkan keputusannya tersebut.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.(QS.Al-Ashr(103:1-3).

Itu sebabnya Islam berkali-kali mengingatkan bahwa manusia adalah umat yang satu. Dalam rangka menjalankan tugas kekhalifahan manusia harus bersatu, saling mengingatkan, saling menasehati, agar manusia selalu ingat apa sesungguhnya tujuan dan tugas manusia. Tugas kekhalifahan adalah tugas yang maha berat. Tugas ini bukan sekedar tugas dan tanggung-jawab perorangan melainkan tugas dan tanggung-jawab semua manusia secara gotong-royong. Ini pula yang menjadi salah satu hikmah mengapa Islam sangat menganjurkan shalat berjamaah, terutama bagi kaum laki-laki. Itu pula sebabnya mengapa setiap Muslim sebagai manusia yang telah memiliki ilmu yang benar wajib berdakwah, mengajak dan mengingatkan orang lain apa sebenarnya tugas manusia.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, …….”.(QS.Al-A’raf(7):96).

Tugas manusia terbagi atas 3 kelompok utama, yaitu :

1. Menjaga hubungan dengan Sang Pencipta.

2. Menjaga hubungan antar sesama manusia.

3. Menjaga hubungan dengan alam semesta.

Rasulullah bersabda:”Bersegeralah kepada amal dimana kalian tidak menunggu-nunggu kecuali tujuh hal : Kemiskinan yang melalaikan, kekayaan yang menjadikan melampaui batas, sakit yang merusak, masa tua yang melumpuhkan segala tenaga, kematian yang menghabiskan segala-galanya atau Dajjal paling buruk ditunggu-tunggu dan hari kiamat. Dan Hari Kiamat itu lebih dasyat dan lebih pahit”.

Read Full Post »

« Newer Posts - Older Posts »