Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Kisah Para Nabi dan Rasul’ Category

Siapa tak kenal Umar ibnul Khattab, satu dari khulafaur rasyidin, penerus kepemimpinan Rasulullah s.a.w, yang berhasil memperluas kejayaan Islam hingga keluar dari tanah Arabia. Seorang khalifah sekaligus sahabat dekat dan mertua Rasulullah saw. Padahal sebelumnya Umar adalah seorang yang sangat membenci Islam. Hingga suatu hari Rasulullah memohon kepada Tuhannya,   

Yaa Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau cintai; Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam”.

Silsilah dan kelahiran Umar.

Umar bin Khattab dilahirkan di kota Mekkah pada tahun ke 13 setelah tahun Gajah, tahun dimana Rasulullah dilahirkan. Nama lengkapnya adalah Abu Hafsh Umar bin Al-Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Rabah bin Qarth bin Razah bin Adi bin Kaab bin Luaiy Al-Adawi. Silsilah Umar bertemu Rasulullah pada Ka’ab bin Lu’ay yang merupakan kakek buyut Umar di tingkatan ke 8.

Ayah Umar yaitu Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi, berasal dari suku bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy dan merupakan suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Sedangkan ibunya adalah Hantamah binti Hasyim dari suku bani Makhzum. Ayah Umar merupakan sosok yang cerdas, sangat berani, dan disegani oleh masyarakat. Ia menikahi Hantamah dengan tujuan untuk mendapatkan banyak anak. Pada zaman itu banyak anak merupakan suatu kebanggaan.

Umar  Khattab tumbuh lebih cepat dari anak-anak seusianya.  Ia dikarunia Allah swt tubuh yang tinggi besar dan wajah yang tampan hingga terlihat sangat mencolok. Dan tidak seperti lazimnya anak Quraisy, sejak kecil Umar sudah diajari baca dan tulis.  Ketika Nabi Muhammad s.a.w diutus, hanya 17 orang dari seluruh kaum Quraisy yang dapat membaca dan menulis. Menginjak usia remaja, Umar bin Khattab bekerja sebagai penggembala unta milik ayahnya.

Umar juga dikenal sebagai penunggang kuda yang baik dan pegulat tangguh. Selain itu iapun mewarisi bakat orator dari ayahnya dan mendapat tugas meneruskan tugas ayahnya sebagai penengah di antara suku-suku Arab.

Masa kenabian.

Ketika Rasulullah diutus untuk menyampaikan Islam, yaitu sekitar tahun 1610 M, Umar yang ketika itu berusia 27 tahun, adalah seorang pemuda yang disegani dan ditakuti masyarakat Quraisy. Watak dan perangainya yang keras membuat ia dijuluki “Singa Padang Pasir”. Ia juga dikenal sebagai pemuda yang amat keras dalam membela agama tradisional Arab yang saat itu masih menyembah berhala serta menjaga adat istiadat mereka. Umar termasuk orang yang paling banyak dan sering menggunakan kekuatannya untuk menyiksa mereka yang meninggalkan ajaran nenek moyang dan mengikuti ajaran yang dibawa Rasulullah s.aw.

Masuk Islamnya Umar.

Pada tahun ke 6 kenabian, kemarahan Umar makin tak terbendung. Pasalnya sebanyak 101 orang Quraisy ( 83 laki-laki dan 18 perempuan) diam-diam meninggalkan Mekah menuju Habasyah demi menghindari kemarahan orang-orang Qurasy yang makin memuncak. Umar geram karena Islam dianggap telah memecah belah kaumnya yang tadinya bersatu dalam ikatan agama dan kepercayaan nenek moyang yang telah berusia ribuan tahun secara turun temurun. Peristiwa hijrahnya ke 101 orang tersebut dikenal dengan  nama Hijrah ke Habasyah ke 2.

Maka dengan pedang terhunus, mata merah dan hati membara, Umar bergegas meninggalkan rumahnya.  Ia bermaksud membunuh Rasulullah s.a.w. Dalam Sirah karya Ibnu Ishaq, diceritakan bahwa dalam perjalanan ia bertemu dengan sahabatnya Nu’aim bin Abdullah yang diam-diam telah masuk Islam tetapi tidak memberi tahu Umar. Ketika Umar memberitahunya bahwa dia telah bersiap untuk membunuh Muhammad, Nu’aim berkata,

Demi Tuhan, kamu telah menipu dirimu sendiri, wahai Umar! Apakah menurutmu Banu Abdu Manaf akan membiarkanmu berlarian hidup-hidup setelah engkau membunuh putra mereka, Muhammad? Mengapa engkau tidak kembali ke rumahmu sendiri dan setidaknya meluruskannya?“.

Nu’aim menyuruhnya untuk menanyakan tentang rumahnya sendiri dan mengabarkan bahwa saudara perempuannya, Fatimah dan suaminya telah masuk Islam. Setibanya di rumah, Umar mendapati adik dan iparnya, Sa’id bin Zaid sedang membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang diajarkan oleh Khabbab bin al-Arat, seorang sahabat. Melihat Umar, Khabbab segera bersembunyi.

Umar segera menghampiri adiknya dan berusaha merebut lembaran yang sedang mereka baca. Umar bahkan sempat memukul Fatimah hingga terjatuh dan berdarah karena adiknya itu menolak memberikan lembaran tersebut. Umar terdiam, selanjutnya secara halus ia membujuk saudara perempuannya itu agar memberikan apa yang baru saja mereka baca.

Engkau najis, dan tidak ada orang najis yang dapat menyentuh Kitab Suci“. Namun Umar bersikeras hingga akhirnya Fatimah mengizinkannya dengan syarat ia membasuh tubuhnya terlebih dahulu. Karena rasa keingin-tahuan yang sangat tinggi, Umar mengalah. Segera ia membasuh tubuhnya dan setelah Fatimah menyerahkan lembaran berisi ayat 1-18 surat At-Thoha tersebut, iapun membacanya.  

Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy. Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah”, dst …

Umar terguncang, ia merasakan suatu getaran ajaib meresap jauh ke ke relung hatinya yang terdalam. Segera ia memutuskan untuk menemui Rasulullah di Al-Arqam, sebuah rumah milik salah satu sahabat bernama Arqam bin Abil Arqam yang dijadikan tempat Rasulullah berdakwah.

Melihat kedatangan Umar yang mendadak, apalagi dengan pedang terhunus, para sahabat yang berada di rumah tersebut segera bersiaga. Mereka berusaha mencegahnya masuk. Namun Rasulullah dengan tenang menyuruh para sahabat untuk membukakan pintu dan mempersilahkan Umar masuk. Dan ternyata Umar datang memang bukan untuk membunuh Rasulullah melainkan menyatakan keislamannya. Rupanya Allah swt telah mengabulkan doa Rasulullah dengan memilihkan Umar bin Khattab yang merupakan petinggi Mekah untuk masuk Islam demi memuliakan Islam.   

Dan tidak seperti kebanyakan sahabat di awal kedatangan Islam yang sembunyi-sembunyi dalam ber-Islam, tanpa ragu dan takut Umar memperlihatkan keislamannya di depan orang-orang Quraisy yang sedang berkumpul di sekitar Ka’bah. Umar pulalah yang kemudian mengusulkan agar Islam disebarkan secara terang-terangan tidak lagi sembunyi-sembunyi seperti sebelumnya.    

Usul tersebut disambut baik Rasulullah. Tak lama setelah itu, umat Islampun ramai-ramai memasuki area Ka’bah. Mereka terbagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama di bawah pimpinan Umar sedangkan kelompok kedua dibawah pimpinan Hamzah, paman Rasulullah yang baru memeluk Islam 3 hari sebelumnya.

Abdullah bin Mas’ud berkata,

Masuk Islamnya Umar adalah kemenangan kita, hijrahnya ke Madinah adalah kesuksesan kita, dan pemerintahannya berkah dari Allah. Kami tidak shalat di Masjid al-Haram sampai Umar masuk Islam. Ketika dia masuk Islam, kaum Quraisy terpaksa membiarkan kami shalat di Masjid”.

Kaum musyrik Makkah termasuk petinggi Mekkah seperti Abu Jahal dan Abu Sufyan terpaksa menahan amarah, tidak mampu mencegah perbuatan kaum Muslimin tersebut. Mereka tidak berani mendekati apalagi mengganggu umat Islam karena Umar dan Hamzah adalah dua simbol keperkasaan Quraisy pada saat itu.

Tak lama setelah itu turun wahyu dari Allah kepada Rasulullah untuk menyebarkan Islam secara terang-terangan. “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”. ( Terjemah QS. Al-Hijr(15):94).

Selanjutnya Umar yang di masa lalu pernah tega mengubur hidup-hidup putrinya yang pada masa itu mempunyai anak perempuan merupakan aib langsung berubah 180 derajat. Umar yang sebelum memeluk Islam dikenal sebagai peminum berat, begitu memeluk Islam ia sama sekali tak mau meminumnya lagi bahkan menyentuhpun tidak, meski saat itu belum diturunkan larangan meminum khamar secara tegas.

Umar juga tidak peduli ketika akhirnya harus kehilangan pengaruh dan kekuasaan bahkan dikucilkan dari masyarakat Mekkah dan dibenci para petinggi Quraisy. Tak salah bila kemudian Rasulullah memberinya julukan Al-Faruq yang artinya orang yang mampu memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Umar disegani kawan dan ditakuti tidak hanya oleh musuh-musuh Islam tapi juga syetan yang sejatinya merupakan musuh Islam terbesar.

“Wahai Ibnul Khattab, Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya setan berpapasan denganmu, maka ia akan mencari jalan lain selain jalan yang kau lalui.” (HR. Bukhari no. 6085).

( Bersambung).

Read Full Post »

Nabi Yahya as adalah putra nabi Zakariya yang lahir berkat doa yang dikabulkan Allah swt. Nabi Zakariya as yang sudah amat renta sangat merindukan keturunan. Kisah ini diabadikan dalam ayat 2-11 surat Maryam sebagai berikut :

(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria,  yaitu tatkala ia berdo`a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.

Ia berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo`a kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya`qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai”.

Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia”. 

Nabi Yahya as tinggal di Palestina( dulu Yudea).  Di tempat itu, ia melanjutkan tugas sang ayah berdakwah kepada bani lsrail yang tinggal wilayah tersebut agar teguh menjalankan ajaran Taurat. Kala itu, negeri Palestina berada di bawah kekuasaan Yahudi Romawi yang beribu kota Roma. Raja Herodus Antipatros adalah yang berkuasa di Palestina pada 20 SM–39 M.

Keshalehan Nabi Yahya ini sudah terlihat sejak masa anak-anak, Abdullah bin al Mubarok mengatakan : Ma’mar mengatakan bahwa suatu ketika ada seorang anak yang mengatakan kepada Yahya bin Zakaria,”Mari kita bermain bersama.” Lalu Yahya menjawab,”Sesungguhnya kita diciptakan bukan untuk bermain”. Para ulama sepakat hal tersebut yang dimaksudkan ayat 12 surat Maryam sebagai berikut : “Dan kami berikan kepadanya ( Yahya)  hikmah selagi ia masih kanak-kanak”. 

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda,”Tidaklah seorang anak Adam kecuali dia akan melakukan sebuah kesalahan atau berkeinginan untuk melakukan kesalahan namun tidak pada diri Yahya bin Zakaria”.

Ibnu Katsir juga menyebutkan riwayat dari Qotadah bahwa al Hasan berkata bahwa ketika Isa dan Yahya bertemu lalu Isa berkata kepada Yahya,”Mohonkanlah ampunan (kepada Allah) untukku sesungguhnya engkau lebih baik dariku.” Yahya berkata,” ,”Mohonkanlah ampunan (kepada Allah) untukku sesungguhnya engkau lebih baik dariku.” Lalu Isa pun mengatakan kepadanya lagi,”Engkau lebih baik dariku, aku memberikan salam kepada diriku sendiri sementara Allah memberikan salam kepadamu.” Dan Allah pun memberikan keutamaan kepada mereka berdua.

Nabi Yahya as adalah sepupu nabi Isa as. Nabi Yahya hanya selisih beberapa bulan lebih tua dari nabi Isa as. Keduanya lahir di tahun yang sama yaitu tahun 0 Masehi. Tahun Masehi dalam bahasa latinnya adalah AD ( Anno Domini) yang berarti tahun dari Tuhan kita. Sebagaimana kita ketahui nabi Isa as adalah Yesus yang dianggap Tuhan oleh umat Nasrani. Tak salah bila kemudian khalifah Umar bin Khattab ra menetapkan tahun sendiri bagi kaum Muslimin, yaitu kalender Hijriyah. Permulaan tahun ini diambil dari tahun hijrahnya nabi Muhammad saw dari Mekah ke Madinah, yaitu 622 Masehi.     

Suatu hari negeri Palestina gempar. Pasalnya, Raja Herodus ingin mempersunting Herodia, keponakannya sendiri. Padahal hukum Taurat jelas melarang hal tersebut. Maka nabi Yahya sebagai seorang pemuka agama menentang hal tersebut.  Herodus yang dikenal menghormati agama ingin membatalkan rencananya. Namun tidak dengan  Herodia. Perempuan muda yang sudah lama mendambakan menjadi ratu itu dengan menggunakan bujukan mautnya merayu agar raja mau menghukum nabi Yahya as. Tak tanggung-tanggung ia bahkan menginginkan kepala sang nabi sebagai persembahan. Na’udzubllah min dzalik.    

Herodus takluk tak berdaya. Ia memerintahkan pasukannya agar segera mengeksekusi keinginan perempuan cantik yang telah membuatnya mabuk kepayang itu. Nabi Yahyapun ditangkap, kepalanya dipenggal dan penggalannya diletakkan di atas  sebuah nampan untuk dipersembahkan kepada Herodia.

Herodia akhirnya menjadi permaisuri raja Herodus. Tapi tidak lama karena Herodus terguling hingga menyebabkan keduanya harus hidup di pengasingan.   

Al-Qurnul Karim memang tidak menceritakan tragedy tragis tersebut. Tak heran bila tidak semua ulama meyakini peristiwa tersebut. Namun Ibnu Katsir berpendapat tidak mustahil hal tersebut benar-benar terjadi. Karena pada masa itu banyak raja Yahudi yang menikahi perempuan yang merupakan mahram mereka meski Taurat melarangnya. Apalagi tidak sedikit ayat Al-Quran yang menceritakan kejahatan orang-orang Yahudi, seperti tidak mentaati kitab suci mereka, membunuh para nabi dll.

“ … …  Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas”.( Terjemah QS. Al-Baqarah():61).

“ … …  Katakanlah: “Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?“( Terjemah QS. Al-Baqarah():91).

“… … Katakanlah: “Sesungguhnya telah datang kepada kamu beberapa orang rasul sebelumku, membawa keterangan-keterangan yang nyata dan membawa apa yang kamu sebutkan, maka mengapa kamu membunuh mereka jika kamu orang-orang yang benar”.(Terjemah QS. Ali Imran(3):183).

Kisah tragis dipenggalnya utusan Allah yang oleh kaum Nasrani disebut Yohannes Sang Pembatis ini diceritakan secara gamblang dalam Perjanjian Baru yang merupakan bagian dari Al-Kitab dimana terdapat di dalamnya Perjanjian Lama ( Taurat) dan Injil, kitab suci umat Nasrani. Seperti juga digergajinya nabi Zakariya yang terperangkap dalam sebuah pohon, dan tentu saja peristiwa penyaliban Yesus dengan segala rangkaiannya. Ini menunjukkan kebiasaan orang-orang Israil merendahkan dan mengecilkan para nabiyullah.

Berita-berita yang dinukil dari bani Israil, baik yang beragama Yahudi atau Nasrani inilah yang disebut sebagai berita Israiliyat. Rasulullah Muhammad saw tidak melarang kita, umat Islam, untuk tidak mempercayai berita-berita Israiliyat, selama tidak bertentangan dengan Al-Quran, dan tidak untuk diimani secara semerta-merta.

Wallahu’alam bi shawwab.

Jakarta, 27 Desember 2021.

Vien AM.

Read Full Post »